Langsung ke konten utama

PERLUKAH MELAWAN COVID-19 ?
Darmin Hasirun

Telah banyak terdengar oleh telinga dan terlihat oleh mata ajakan untuk melawan coronavirus disease 2019 (Covid-19) oleh pemerintah agar dapat memerangi penyebaran virus ini, berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia hingga sektor anggaran negara direalokasikan untuk menangani wabah Covid-19, penyemprotan disinfektan di tempat-tempat publik, kampanye mencuci tangan dengan sabun, mewajibkan memakai masker saat keluar rumah, berdiam diri selama 14 hari di dalam rumah, sampai pemberlakukan pembatasan sosial berskalal besar. Tentu semua upaya ini semata-mata hanya ingin melawan Covid-19. Bagaimana tidak, sejak masuknya wabah virus ini di tanah air secara resmi dilaporkan oleh pemerintah RI pada hari Senin, tanggal 2 Maret 2020 telah membuat masyarakat resah hingga berdampak pada berbagai macam sektor industri dan psikologi masyarakat. Sejak itulah “Kotak Pandora” terbuka begitu hebatnya hingga masyarakat panik dengan kehadiran “tamu tak diundang” yang menimbulkan teror psikologi, maka genderang perang mulailah ditabuh oleh pemerintah agar mengakhiri serangan virus yang cukup mematikan.

Kata “Perang Melawan Covid-19” ditulis di berbagai media cetak, media online, dan media massa yang berisi ajakan kepada masyarakat agar tidak resah dengan virus ini. Pertanyaan yang muncul dibenak saya, apakah betul kita bisa melawan Covid-19? Bukankah dalam sejarah peradaban manusia tidak ada satupun wabah virus di dunia ini yang bisa dimatikan oleh perilaku manusia, bahkan boleh jadi perilaku manusialah yang menjadi virus ini muncul hingga bermutasi terus menerus. Padahal dari puluhan bahkan ratusan tahun lalu wabah virus/bakteri selalu muncul secara tiba-tiba dengan menjangkiti manusia dalam jumlah banyak di waktu yang sama dan akan hilang dengan sendirinya, karena setiap terjadinya wabah pasti ada masa pandemi dan setelah pergi tidak jelas rimbanya.

Saya juga berpikir bahwa dalam menangani hewan-hewan yang liar dan menakutkan tentunya bukan dengan cara melawan hewan tersebut tetapi menjinakan hewan, dan mengkarantinanya sehingga tidak lagi menyerang manusia. Kepercayaan untuk tidak melawan Covid-19 sudah diajarkan pada tradisi budaya lama, yang dimana saat terjadinya wabah para petuah adat selalu melakukan ritual khusus untuk menghindari wabah penyakit dari suatu perkampungan, bukan dengan cara melawan wabah karena semakin wabah dilawan, boleh jadi semakin buas melawan manusia.

Agama Islam juga mengajarkan kepada manusia dalam menyikapi adanya wabah yang mengerang suatu negeri/kampung, seperti yang dikatakan oleh Rasulullah Saw yang bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid).

Pada perintah hadist tersebut di atas, tidak ada satupun redaksi kalimat yang diucapkan oleh Baginda Muhammad Saw untuk melawan wabah, beliau hanya memerintahkan agar menjauhi (lari) dari negeri yang dilanda wabah dan berdiam diri di dalam rumah (stay at home), tidak keluar rumah dan berdoa agar dijauhkan dari wabah tersebut.

Pada hadist lainnya Rasulullah Saw juga memerintahkan agar tidak melawan dan tidak lari menjauh dari wabah, seperti pada bunyi sabdanya: Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, maka janganlah keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri.’ Ibnu ‘Abbas berkata; ‘Umar bin Khaththab lalu mengucapkan puji syukur kepada Allah, setelah itu dia pergi.’ (HR Bukhari dan Muslim).

Berdasarkan kedua hadist sahih tersebut di atas tentunya penggunaan kalimat “Melawan Covid-19” menjadi kontradiksi dengan perintah agama yang menganjurkan agar “Menjauh Dari Wabah” tersebut. Ini dapat pula diartikan bahwa manusia tidak punya kuasa sedikitpun untuk melawan wabah virus bahkan di negara yang dikenal super power harus tunduk dan lumpuh akibat amukan Covid-19, padahal secara fisik hewan ini sangatlah kecil tetapi karena Allah Swt diberikannya kekuatan untuk menaklukan manusia-manusia yang sombong dan takabur, maka sedikitpun tidak ada yang bisa membendungnya.

Saya sangat mengharapkan frasa “Lawan Covid-19” perlu ditiadakan karena cenderung menimbulkan sikap sombong dan angkuhnya manusia, lebih eloknya gunakanlah kalimat “Mengatasi atau Menangani Covid-19” karena ada langkah-langkah bijak yang harus dilakukan oleh manusia dalam menyikapi adanya wabah yang menyerang manusia, tentunya langkah-langkah tersebut untuk menunjukan kemampuan akal manusia “berdamai” dengan gejolak wabah Covid-19 sehingga manusia dapat intropeksi diri terkait dosa-dosa yang diperbuatnya, muhasabah diri terhadap tindakan yang selama ini menimbulkan kerusakan di muka bumi ini agar terhindar dari amukan Covid-19.

Kita bersyukur di Indonesia yang penduduknya mempunyai agama masing-masing, khususnya umat islam yang merupakan mayoritas agama di negeri ini, agar selalu mengambil ibrar (pelajaran) dan hikmah dibalik pandemi Covid-19, kenapa Allah Swt menurunkan wabah ini?, apakah karena ulah perbuatan manusia ataukah hanya kejadian alam yang biasa terjadi setiap 100 tahun sekali? Wallahu A’lam Bissawab.

Sebagai penutup dalam tulisan singkat ini, saya mengutip Firmal Allah Swt dalam Q.S Al-Baqarah ayat 155:
وَلَنَبۡلُوَنَّكُم بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ وَٱلۡجُوعِ وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ١٥٥
Artinya: Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Semoga dengan adanya wabah ini akan menjadi pelajaran penting dalam menguji kesabaran manusia agar selalu kembali merenungkan keagungan Allah Swt dan dijauhkan dari segala bencana, penyakit dan wabah dari Negeri Tercinta ini. Aamiin Yarabbal Alamin.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROFIL DARMIN HASIRUN

  CURRICULUM VITAE     CURRICULUM VITAE   Nama Lengkap   Darmin Hasirun, S.Sos., M.Si . Tempat Tanggal Lahir   Bone-Bone, 10 Juli 1985 Jenis Kelamin   Laki-Laki (L) Pekerjaan   Dosen Agama   Islam Alamat   Lorong Hatibi, Kelurahan Tanganapada, Kecamatan Murhum Kota Baubau , Provinsi Sulawesi Tenggara . Hobi   Membaca, Meneliti, Menulis, Mengajar, Traveling dan dan Diskusi Alamat Email (Pribadi)           darmin.hasirun@gmail.com Kontak Person   0852 1370 8268   Riwayat Pendidikan dan Karya Ilmiah Jenjang Pendidikan Nama Institusi / Program Studi Tahu...

HANYA HITUNGAN JAM KAWASAN ELIT LOS ANGELES RATA DENGAN TANAH

Berita mengejutkan datang dari negeri Paman Sam Amerika Serikat tepatnya di kawasan elit Los Angeles Distrik Pacific Palisades, Negara Bagian California dilanda kebakaran sangat besar dan sulit dipadamkan (Selasa pagi, 7 Januari 2025). Angin Santa Ana yang sangat kuat dengan kecepatan hingga 129 km/jam terus menggila mendorong api melahap setiap bangunan dan sarana yang dilewatinya, ditambah kekeringan yang berkepanjangan serta rumah-rumah elit yang sebagian besar terbuat dari bahan kayu yang mudah terbakar menjadikan kebakaran kian menyebar dengan sangat cepat, bahkan para petugas kebakaran tidak mampu mengatasinya. Kebakaran hebat ini mengakibatkan Los Angeles rata dengan tanah, lebih dari 10.000 bangunan perumahan, fasilitas bisnis dan sarana lainnya bah hilang ditelan bumi. Dilansir di website Kompas.com dengan judul berita “Kebakaran Los Angeles Jadi Bencana Termahal di AS, Kerugian Sudah Mencapai Rp.2.121 Triliun” (11/01/2025), bahkan pada situs berita Sindonews.com menulis tajuk...

FIPH MENYELENGGARAKAN TALKSHOW “PEMBATASAN DISTRIBUSI BBM BERSUBSIDI, SIAPA YANG DIUNTUNGKAN?”

  Maraknya aksi penimbunan BBM, monopoli pembeliannya, permainan harga BBM bersubsidi, antrian panjang hingga berdampak pada konsumsi BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Kondisi seperti ini menimbulkan banyak keluhan masyarakat terhadap manajemen pendistribusian BBM bersubsidi. Disisi lain BBM bersubsidi yang seharusnya dirasakan langsung masyarakat miskin dengan   harga yang terjangkau tetapi fakta di lapangan menunjukan sebaliknya yaitu BBM bersubsidi malah dimonopoli oleh para pengecer dengan menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi agar dapat menampung BBM dalam jumlah besar. Para pengecer ini yang notabene tidak mempunyai izin usaha resmi terkait penjualan BBM bersubsidi terkesan kurang diawasi oleh pihak Pertamina maupun Kepolisian. Hal ini diduga ada permainan antara pihak SPBU dan para pengecer yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan kebutuhan masyarakat lain. Alhasil banyak Pertalite dalam bentuk botolan dijual bebas sepanjang jalan den...