Fenomena demonstrasi mahasiswa di beberapa daerah Indonesia terkait penolakan wacana 3 periode masa jabatan Presiden RI tanggal 14 April 2022 merupakan aksi yang berhasil menyita perhatian publik hingga merontohkan angan-angan para spekulan politik, aksi ini menyisahkan pro dan kontra dalam menyikapi gosip politik yang didengungkan oleh para Menteri, elit partai politik, serta sekelompok kepala desa.
Menurut kubu para pendukung wacana 3 periode masa jabatan Presiden menganggap bahwa isu ini merupakan hal yang lumrah dalam negara demokrasi seperti penyataan dari Menteri Investasi / Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia di Kompleks Parlemen Senayan, “tidak ada yang bisa melarang untuk menyatakan pendapatnya, termasuk terkait dengan penundaan Pemilu, ini parlemen, lembaga demokrasi, orang mau cerita apa saja boleh termasuk penundaan Pemilu, jangan diharamkan”. (Rabu, 30/3/2022).
Pernyataan dari Bahlil ternyata diamini oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Invenstasi Luhut Binsar Pandjaitan dengan mengklaim Big Data sebanyak 110 juta orang yang mendukung wacana Presiden 3 periode, para petinggi partai tidak tinggal diam dan terus bermanuver dengan melakukan pertemuan-pertemuan terbatas dalam membahas wacana ini, bahkan dalam pertemuan resmi forum para kepala desa pada Silaturahmi Nasional (Silatnas) dengan tegasnya Ketua Umum APDESI, Surta Wijaya menyatakan dukungan Jokowi 3 periode.
Presiden RI Joko Widodo pun angkat bicara tetapi lagi-lagi tidak ada pernyataan tegas penolakan masa jabatan Presiden 3 periode, bahkan tidak ada hukuman yang diberikan kepada pihak-pihak yang secara terbuka menyampaikan wacana ini.
Sebagian publik termasuk mahasiswa
menilai sikap Joko Widodo terkesan ambigu, ngambang dan hanya membiarkan saja
wacana Presiden 3 periode seperti bola liar yang menggelinding di tengah lapangan hingga para pemain saling berhadap-hadapan, isu yang digoreng layaknya ikan di atas wajan yang dilumuri minyak goreng hingga gurih diperbincangkan, dan dijadikan diskusi
terbuka di berbagai media, tanpa memperdulikan reaksi penolakan dan keresahan dari berbagai
kalangan, bahkan bola yang dari awalnya dimainkan oleh orang dalam istana, berubah dilempar ke DPR RI, hal ini dilakukan karena orang istana diiduga telah membaca rencana gerakan besar yang dilakukan oleh mahasiswa, para anggota eksekutif kemudian sibuk mengklarifikasi dan melakukan rapat membahas agenda penyelenggaraan Pemilu 2024, alhasil mahasiswa berubah pikiran, arah demontrasi berubah haluan yang dari awalnya sudah menargetkan istana negara, menjadi kantor DPR RI karena diduga kuat wacana Presiden 3 periode akan dimainkan di gedung rakyat tersebut.
Antara mau dan malu, itulah penilaian saya, Presiden Joko Widodo sepertinya masih suka dengan jabatan Presiden, apalagi sudah mendapatkan bisikan-bisikan manis oleh orang-orang dekat beliau, meskipun aturan Negara tidak memberikan ruang atas wacana 3 periode ataupun penundaan Pemilu dengan berbagai alibi dan 1001 macam alasan dari elit politik, jabatan Presiden ternyata menjadi magnet, daya tarik yang sangat kuat dan menggiurkan, meskipun godaan jabatan ini harusnya dijawab dengan tegas oleh Joko Widodo, seperti halnya Soekarno dengan tegas menolak dijadikan dirinya sebagai Presiden Seumur Hidup yang dicetuskan oleh para tokoh Angkatan 45, terutama AM Hanafi dan Ketua MPRS Chaerul Saleh.
Sikap gentleman dari Joko Widodo harusnya bergelora dalam pidatonya yang menegaskan menolak wacana 3 periode, bukan dengan mengeluarkan pernyataan tunduk dan taat kepada konstitusi, nah bagaimana jika orang-orang dekat dari Joko Widodo terbukti berhasil mengubah konstitusi ? diduga kuat bapak menikmati jabatan 3 periode karena sudah memberikan jawaban "tunduk dan taat kepada konstitusi" artinya bapak juga merestui wacana ini jika terbukti ada perubahan UUD 1945 atas masa jabatan Presiden dari 2 periode menjadi 3 periode, meskipun semua adegan ini hanya drama politik yang berisi kemauan sang penguasa di dalam lubuk hatinya, anggap saja kita sedang menonton sinetron berjudul malu-malu tetapi mau.
Sekarang Joko Widodo harus mengubur dalam – dalam perasaan dan angan-angan 3 periode, buang jauh-jauh dari pikiran agar setiap godaan jabatan dari lingkungan istana tidak lagi menggoyahkan iman dan keyakinan di dalam hati bapak, demi kepentingan bangsa dan negara di masa depan.
Penulis: Darmin Hasirun.
Jangan Lupa nonton channel Youtube Darmin Hasirun Diary, subscribe dan share jika anda suka.
Komentar
Posting Komentar