Impian menginjakan kaki di negara Swiss yang dikenal sebagai negara teraman dan teratur di Benua Eropa ternyata merupakan harapan oleh kebanyakan orang yang berangan-angan mau ke kota-kota maju dengan infrastruktur yang megah.
Di negara Swiss ini juga memiliki berbagai obyek wisata, salah satunya bernama “Sungai Aare”, sungai ini beberapa hari belakangan terus menjadi perbincangan di berbagai media, tidak lain adalah pemberitaan anak dari Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat bernama Emmeril Khan Mumtadz yang dinyatakan hilang sejak 4 hari lalu (26/5/2022) sampai sekarang belum ada kabar ditemukannya beliau, padahal pihak pemerintah setempat sudah mengerahkan patroli guna melakukan pencarian dengan menelusuri di sepanjang aliran sungai.
Masyarakat setempat menjadikan Sungai Aare sebagai sarana berenang yang baik dan aman disaat tiba musim panas, tetapi beda halnya dengan orang-orang yang menginginkan tantangan ekstrem, mereka lebih berani berenang meskipun cuaca dan air sungai masih sangat dingin, padahal kondisi ini tidak dianjurkan untuk berenang di kawasan sungai Aare.
Sungai Aare dikenal juga sebagai Sungai Hijau karena warna alam pepohonan, rerumputan yang hijau terlihat disepanjang sungai ini, keindahan sungai Aare memang tidak terbantahkan sehingga wajar dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata, tujuan para wisatawan yang ingin berlibur menikmati keindahan panorama sungai dan alam lainnya disepanjang mata memandang.
Sungai yang bersih dengan warna dasar hijau bening yang menawan, dikenal sebagai sungai terpanjang di Swiss sekitar 295 kilometer, di sepanjang bantaran sungai ditumbuhi pepohonan yang rindang, bahkan beberapa video yang diabadikan oleh para reporter maupun youtuber terlihat pemandangan alam yang hijau, tenang, cerah dan bersih.
Dibalik keindahannya ternyata menyimpan misteri yang terus menelan korban bagi orang-orang yang berenang di sungai ini, bahkan dari pernyataan Duta Besar Indonesia untuk Swiss Muliaman Hadad menegaskan bahwa “Sungai Aare di Swiss telah menelan korban rata-rata setahun mencapai 15 sampai 20 orang”.
Arus sungai yang cukup deras, dingin, airnya yang dalam dan panjang ditambah dengan ketidakpatuhan orang-orang terhadap aturan yang telah dibuat oleh otoritas setempat, bahkan ada pula yang berani melakukan aktivitas renang tanpa didampingi oleh warga setempat menjadi sebab seringnya sungai ini menelan korban setiap tahunnya, adapun larangan yang berlaku di kawasan Sungai Aare yaitu tidak boleh memakai sepeda, dilarang memutar musik, membawa binatang peliharaan, bermain bola, meninggalkan tas, tidak boleh membuang sampah sembarang, dan dilarang membuat acara bakar-bakar.
Cerita-cerita masyarakat yang menjelaskan bahaya Sungai Aare bagi pelancong ternyata menimbulkan tanda tanya lain, oleh masyarakat Indonesia meyakini bahwa sungai atau tempat apapun yang sering menelan korban biasanya dipenuhi oleh mahluk halus yang jahat dan terus bergentangan menyeret manusia lemah jatuh ke lembah kematian, tetapi masyarakat moderen pastinya lebih meniti beratkan pada faktor alam daripada faktor supra natural yang menyebabkan kematian seseorang.
Komentar
Posting Komentar