Pulau Bungin merupakan pulau terpadat penduduknya di dunia, terletak di Kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Memiliki luas sekitar 16 hektar dan dihuni 3.500 jiwa penduduk dengan dominasi profesi penduduk sebagai nelayan yang menggantungkan hidupnya dari budidaya tanaman laut, dan penangkapan ikan, selebihnya berjualan di warung-warung, jasa reparasi dan lain-lain.
Pulau ini dipercaya telah didiami oleh Suku Bajo sekitar 200 tahun silam. Bungin artinya gundukan pasir putih karena pulau ini pada awalnya hanya gundungan pasir tetapi lama ke lamaan orang-orang yang mendiami pulau semakin banyak dan perumahannya pun semakin padat, maka mereka berpikir melakukan reklamasi pantai untuk memenuhi kebutuhan pembangunan rumah-rumah warga. Rumah penduduk dibangun di atas batu dan karang, nuansa perkampungan yang sangat padat, di kanan dan kiri diapit oleh dinding rumah warga sehingga nyaris tidak memiliki ruang-ruang publik yang luas.
Menurut Damardjati Kun Marjanto dan Syaifuddin (2013:2), menyatakan bahwa Suku Bajo pertama berada di Pulau Bungin, hidup mereka benar-benar berada di pinggir laut terpisah dengan daratan. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya populasi, lambat laun masyarakat Bajo mulai membiasakan diri menjadi manusia darat, terlebih lagi semenjak disatukannya Pulau Bungin dengan dataran Pulau Sumbawa. Semakin besarnya Pulau Bungin dan menjadi kawasan hunian masyarakat suku Bajo juga disebabkan adanya tradisi membuat daratan dengan cara menimbun laut di sekitar pulau mereka dengan batu sebagai tempat untuk membangun rumah bagi pengantin baru. Meskipun masyarakat Bajo sudah bertempat tinggal dalam satu daratan dengan masyarakat lain, namun mereka memiliki tradisi dan kepercayaan yang berbeda dengan masyarakat Sumbawa pada umumnya. Tradisi laut yang sangat kental dari masyarakat Bajo Pulau Bungin, masih dipraktikkan oleh mereka, khususnya dalam kaitannya dengan mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Demikian juga budaya yang mereka praktikkan saat ini juga menyesuaikan dengan kehidupan mereka yang sekarang.
Saking padatnya penduduk sampai bisa 1 bangunan rumah dihuni lebih dari 3 kepala rumah tangga, bahkan rumah disini terlihat berdempet-dempetan seakan tidak punya jarak, dan setiap orang yang baru pertama kali datang pasti akan mudah tersesat karena bentuk rumah yang hampir sama, banyaknya lorong-lorong seperti berada di dalam labirin yang membingungkan siapa saja orang baru yang berkunjung. Akibat padatnya penduduk tersebut sehingga banyak terumbu karang dijadikan sebagai bahan bangunan, padahal di dalam kepercayaan suku Bajo bahwa tidak boleh siapapun merusak terumbu karang tetapi karena kebutuhan pembangunan perumahan dan populasi penduduk yang terus meningkat sehingga mau tidak mau diperlukan perluasan lahan yang disesuaikan dengan kebutuhan warga setempat.
Dahulu Pulau Bungin terpisah dengan daratan karena masyarakat Bajo lebih suka tinggal di lautan dengan membangun rumah di atas laut sehingga siapa saja yang ingin berkunjung di pulau ini harus menggunakan sampan atau alat transportasi laut lainnya, tetapi zaman semakin maju dan kebutuhan pembangunan infrastruktur terus digalakan, maka dibangunkanlah jembatan yang menghubungkan dengan antara daratan dengan Pulau Bungin.
Salah seorang youtuber dengan channel bernama “Ric snt” mengabadikan pulau ini dalam video dokumenternya mengatakan bahwa salah satu tanah kosong ada di lahan bagian masjid yang dijadikan sebagai lahan serba guna, dan akan terlihat penuh jikalau sudah tiba sholat jum’at.
Pulau Bungin juga dijadikan sebagai salah destinasi wisata unik karena kepadatangan rumah-rumah penduduk yang nampak sangat berdempet-dempetan, satu pulau kecil dihuni lebih dari 3 ribuan warga, disini juga tidak ditemukan pasir dan pantai karena semua daratan pulau sudah penuh dibangunkan perumahan warga.
Laut dan karang-karang yang masih terlihat indah, alami, laut kebiruan yang jernih, ikan-ikan dengan berbagai jenis dan warna cantik yang hidup nyaman di sekitar pulau menambah pesona eksotik pulau terpadat ini, hasil laut yang sangat melimpah memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya setiap hari, meskipun padat penduduk tetapi perilaku masyarakatnya sangatlah baik terutama bagi para pendatang yang berkunjung, hidupnya rukun dan damai seperti nuansa masyarakat pesisir pada umumnya di wilayah Indonesia.
Sumber:
Damardjati Kun Marjanto dan Syaifuddin. 2013. Potensi Budaya Masyarakat Bajo Di Pulau Bungin Kabupaten Sumbawa. Puslitbang Kebudayaan, Kemdikbud Pusat Bahasa Provinsi NTB
Channel Youtube KabarPedia. https://www.youtube.com/watch?v=fzo5HvQLpf8.
Channel Youtube Ric snt. https://www.youtube.com/watch?v=M_JKhKXI5jA
Komentar
Posting Komentar