Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

BUDAYA MALU DALAM POLITIK

BUDAYA MALU DALAM POLITIK Budaya pada dasarnya terdiri atas dua suku kata yaitu budi dan daya, budi adalah perilaku, perbuatan, atau tingkat laku manusia yang bermoral dan daya adalah kekuatan, kemampuan dan kesanggupan. Oleh karena itu budaya hanya ada pada manusia karena dengan adanya budaya ini dapat menciptakan peradaban tinggi yang tidak dimiliki oleh binatang maupun tumbuhan. Budaya sering pula diartikan sebagai hasil dari rasa, karsa, dan karya manusia. Rasa adalah sesuatu yang abstrak, tidak dapat terlihat, yang dapat dideteksi melalui hati dan pikiran, karsa merupakan kehendak manusia yang lahir dari nafsu, karya adalah sesuatu yang bersifat kongkrit, dapat dilihat dan diraba. Malu adalah suatu sikap menjaga tingkat laku dari perbuatan tidak sopan, ramah, dan santun. Oleh karena itu orang yang tidak mempunyai malu biasanya tidak punya sopan santun dan keramahan kepada orang lain. Budaya malu adalah hasil perasaan, kehendak dan diwujudkan dalam bentuk tindakan kongkr...

CINTA BUTUH TANDA....!

CINTA BUTUH TANDA....! Cinta butuh pembuktian, bukan sekedar manis di mulut. Cinta butuh kepastian, bukan janji pepesan kosong. Cinta butuh pengakuan, bukan tindakan penuh rahasia. Cinta butuh kejujuran, bukan sandiwara penuh kepalsuan. Cinta butuh kebersamaan, bukan egoisme dibalut keangkuhan. Cinta butuh kelanggengan, bukan nafsu fana pengubur kesetiaan. Cinta butuh tanda seru (!), bukan tanda tanya (?) Salam Cinta dari Darmin.

SENIOR DAN YUNIOR

SENIOR DAN YUNIOR *Darmin Hasirun* Dahulu sejak saya menempuh kuliah sering berdiskusi dengan para senior, yunior maupun teman se-angkatan, ada momen yang tidak pernah terlupakan saat diskusi dengan salah seorang yunior yang dikenal sebagai aktivis kampus sebut saja SR. Diskusi ini diberi nama “Senior dan Yunior” karena yang kami perbincangkan selama kurang lebih 1 jam hanya seputar masalah perilaku senior terhadap yuniornya di kampus. Maklum kadang kita menemukan perilaku senior yang kurang menghargai para yuniornya sehingga menimbulkan berbagai macam masalah baik secara psikologis seperti dimarahi, diremehkan, dilecehkan dan lain-lain, ataupun masalah sosial seperti terjadi jurang pemisah (gap) diantara mereka, konflik antara senior dan yunior sehingga pola pendidikan yang seharusnya diberikan oleh para senior tidak tercermin ketika mereka berbuat salah baik perkataan maupun perbuatannya kepada adik kelasnya. Inilah yang menjadi alasan SR perlu mengevaluasi perilak...