SENIOR DAN YUNIOR
*Darmin Hasirun*
Dahulu
sejak saya menempuh kuliah sering berdiskusi dengan para senior, yunior maupun teman
se-angkatan, ada momen yang tidak pernah terlupakan saat diskusi dengan salah
seorang yunior yang dikenal sebagai aktivis kampus sebut saja SR. Diskusi ini
diberi nama “Senior dan Yunior” karena yang kami perbincangkan selama kurang
lebih 1 jam hanya seputar masalah perilaku senior terhadap yuniornya di kampus.
Maklum
kadang kita menemukan perilaku senior yang kurang menghargai para yuniornya sehingga
menimbulkan berbagai macam masalah baik secara psikologis seperti dimarahi,
diremehkan, dilecehkan dan lain-lain, ataupun masalah sosial seperti terjadi
jurang pemisah (gap) diantara mereka, konflik antara senior dan yunior sehingga
pola pendidikan yang seharusnya diberikan oleh para senior tidak tercermin
ketika mereka berbuat salah baik perkataan maupun perbuatannya kepada adik
kelasnya.
Inilah
yang menjadi alasan SR perlu mengevaluasi perilaku para senior yang kerapkali
melakukan tindakan kurang baik terhadap yunior yang baru menduduki bangku
kuliah. Disela-sela diskusi ternyata ada ide dari SR dikatakan bahwa:
“Menurut
saya kita hapus saja panggilan senior dan yunior karena mereka mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dalam kampus ini seperti bayar SPP atau uang
pembangunan begitupula hak mereka sama dalam mendapatkan pelayanan pendidikan yang
layak”.
Saya
langsung memberi jawaban terhadap masukannya:
“memang
pada dasarnya alasan ini bagus tetapi pemberian nama senior dan yunior dalam
sebuah organisasi adalah hal yang wajar, layaknya adik dan kakak dalam rumah
tangga artinya hal seperti ini tidak perlu dipermasalahkan karena yang menjadi permasalahan
adalah perilaku mereka sebagai senior maupun yunior. Panggilan senior itu untuk
memberikan bimbingan, arahan, teladan yang baik kepada yuniornya, begitupula
yunior harus bisa menghargai dan mendengarkan nasehat yang baik dari seniornya,
itulah hikmah dari keberadaan mereka yang tidak bisa dipungkiri wajib ada dalam
semua organisasi manapun”. Senior juga tidak sebatas orang yang telah lama
dalam organisasi tetapi orang yang usianya lebih tua dari kita meskipun baru memasuki organisasi tetapi pengalaman
hidupnya lebih duluan dia “makan garam” daripada kita sendiri”.
SRpun
sempat berdalil dan membenarkan alasan saya:
“betul
apa yang kita katakan tetapi faktanya tidak seperti itu, para senior seenaknya
main perintah, mengejek yuniornya bahkan sempat juga mengajak minum alkohol
kepada yuniornya, mereka menganggap dirinya sebagai superior sedangkan kami dianggap
orang-orang yang tidak tahu apa-apa”.
Berbicangan
mulai hangat karena SR punya alasan praktis, sedangkan saya masih berpegang
pada alasan idealis. Setelah itu saya melanjutkan memberi tanggapan terhadap
jawaban argumentasi tersebut:
“betul
apa yang dikatakan itu, sebenarnya kita berdua sejalan dalam hal pemahaman
senior dan yunior, yang menjadi masalah inikan para personality atau pribadinya
masing-masing bukan secara kolektif atau mengeneralir semua senior kurang baik
artinya tidak semua senior melakukan perilaku buruk seperti itu, salah satunya
seperti saya adalah senior, yang selalu terbuka dengan segala ide-ide dari
teman-teman dan menghargai perbedaan itu, masih banyak juga koh para senior
yang berhasil dalam karirnya dan mempunyai perilaku baik kepada yuniornya”.
Singkat
cerita, akhirnya kami menyatuhkan pendapat bahwa senior dan yunior tetap ada
tetapi perilaku mereka harus mencerminkan antara kakak yang baik dan adik yang
baik sehingga tidak perlu lagi mendikotomikan antara senior dan yunior tersebut.
Para
pembaca yang budiman, istilah senior dan yunior adalah sesuatu yang wajib ada
dalam sebuah organisasi, senior harus lebih dewasa dalam bertindak dan
berkata-kata, pemberi contoh dan pengarah yang baik, selalu bersama-sama dengan
para yuniornya serta selalu memberi support kepada mereka, sedangkan yunior ada
untuk mendapatkan ilmu dari senior, berbagi (sharing) ilmu pengetahuan, dan selalu menghargai senior sehingga
hubungan diantara mereka selalu terjalin dengan rukun, toleran dan damai. Salam
Pencerahan.
Catatan
hari Rabu, tanggal 7 Desember 2016.
Darmin
Hasirun
Komentar
Posting Komentar