Darmin Hasirun
Dosen Universitas Muslim Buton
Sejak hadirnya aliran-aliran keagamaan yang berpandangan ekstrem di tanah air dengan mengajarkan paham-paham anarkisme kepada umat terutama anak muda yang rentan dan mudah dirasuki nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan kultul budaya bangsa Indonesia, tentunya sikap anarkisme berjubah agama dan mengatasnamakan kebenaran dalam menyelesaikan persoalan umat menjadi bom waktu, jika dipelihara akan melahirkan generasi perusak tatanan peradaban nilai-nilai agama dan budaya di Indonesia yang sudah dirawat ribuan tahun lamanya.
Melihat banyaknya oknum bertopeng agama selalu melontarkan kata-kata yang menyulut emosi dan membakar semangat sekelompok umat agar melawan kebijakan pemerintah yang menurut mereka sudah tidak menyuarakan aspirasi umat dan belum berpihak pada kepentingan rakyat miskin, bahkan ideologi negara (Pancasila) yang sudah menjadi dasar hukum negara sengaja dibenturkan dengan ajaran agama dan diputarbalikan untuk dijadikan sebagai simbol yang bertentangan terhadap nilai-nilai agama, tentunya bagi kaum sumbu pendek (akal dungu) akan dengan mudahnya memakan mentah-mentah isu ini karena lemahnya daya nalar, logika berpikir yang kurang rasional, bahkan sudah dianggap telah jauh dengan ajaran agama, maka timbulah kebencian di dalam hati mereka yang akan bermuara pada aksi-aksi premanisme, anarkisme bahkan terorisme.
Disinilah para demagog beraksi memprovokasi para pengikutnya dengan gampang agar menyalahkan api perang melawan kezaliman yang telah menimbulkan berbagai macam masalah di dalam negara, padahal tidak lain motivasi mereka hanyalah penggulingan kekuasaan ataupun mengganti pemimpin negara agar para demagog mendapatkan kursi kekuasaan dan mengubah haluan negara sesuai dengan pandangannya sehingga rencana-rencana mereka dapat dengan mudah diwujudkan. Tentunya cara ini akan efektif dengan mengerahkan massa banyak untuk mengimbangi kekuatan militer negara dan ormas penjaga keutuhan negara, mereka mengatasnamakan sebagai perjuangan nasib rakyat atau kekuatan rakyat (people power). Gerakan-gerakan ini patutlah diwaspadai bahkan dibasmi karena akan menciptakan ketidakstabilan keamanan negara dan mengancam kedaulatan negara.
Demagog berasal dari bahasa Yunani kuno yang diambil dari kata Demos artinya rakyat dan Agogos artinya pemimpin (dalam konteks negatif) yang menimbulkan provokasi kebencian, hasut, fitnah atau tuduhan-tuduhan tidak berdasar yang ingin menggerakan rakyat dengan tujuan untuk mendapatkan kekuasaan.
Kaum demagog juga bukan hanya ada pada konteks keagamaan tetapi dalam politik daerah, lihat saja beberapa oknum-oknum mencoba memprovokasi masyarakat agar membenci pihak lain yang dianggap lawan politik, dengan menggunakan narasi kalimat propaganda dan fitnah yang ditujuhkan kepada lawannya, bisa jadi mereka menggunakan politik identitas dengan mengatasnamakan suku, agama, ras dan antar golongan, putra daerah, bahkan bisa pula menyerang urusan pribadi masing-masing calon kepala daerah dan berbagai macam frame/stigma yang bisa mendiskreditkan lawan politik tersebut, maka terjadikan perang urat syarat, perang opini bahkan bisa menimbukan konflik fisik antar warga, tentunya segala strategi hasutan tersebut semata-mata hanya ingin mendapatkan kekuasaan.
Jika kita tidak hati-hati dalam menyikapi golongan demagog ini, maka akan menimbulkan konflik baik secara horizontal maupun vertikal, apalagi negara Indonesia yang mempunyai keberanegakaraman budaya dan agama akan menjadi makanan lezat bagi para demagog yang ingin menggerakan kekuatan rakyat dalam memecahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Ketegasan Pemerintah dalam menindak pihak-pihak yang secara sengaja
memprovokasi masyarakat melalui berbagai media dan pertemuan sehingga
menimbulkan konflik patutlah didukung penuh oleh semua elemen bangsa agar Negara
aman, tentram, sentosa dan mencapai puncak kejayaannya.
Komentar
Posting Komentar