Universitas Muslim Buton dalam kegiatan stadium general (kuliah umum) yang rutin diadakan setiap hari Sabtu dengan menghadirkan para narasumber yang ahli dan berpengalaman di bidangnya, kali ini UMU Buton mengangkat tema “Islam Wasothiyah, Membangun Moderasi Beragama di Era 4.0 dan Relevansinya Terhadap Keadaban dan Kemajuan Bangsa” dengan menghadirkan “Dr. KH. Hamzah Harun Al Rasyid,M.A” sebagai Wakor Kopertais Wilayah VIII di Hotel Mira Kota Baubau dari pukul 13.00 – 15.00 Wita (26/6/2021).
Kegiatan ini dihadiri oleh civitas akademika Universitas Muslim Buton, perwakilan STIS SAW Kota Baubau, pimpinan pesantren Kota Baubau, perwakilan Kementerian Agama Kota Baubau dan guru-guru, yang dilaksanakan dengan mematuhi protokol kesehatan. Selama kegiatan berjalan dengan aman, lancar dan memberikan kesan yang mendalam karena kehadiran beliau telah banyak membagi ilmu pengetahuan tentang nilai-nilai islam yang moderat dalam rangka memajukan keadaban dan peradaban di Negara Indonesia.
Wakil Rektor 1 Universitas Muslim Buton, Dr.Anidi, S.Ag., M.Si, M.S.I. memandang bahwa kegiatan ini sangatlah penting dalam menunjang peningkatkan kualitas kurikulum pendidikan yang berakhlakul karimah dan menjunjung ajaran Ahlusunnah Wal Jamaah yang berpegang teguh pada Al Qur’an, Sunnah Nabi Muhammad Saw, dan pendapat para ulama agar umat islam tidak kehilangan pedoman dan ajaran islam wasothiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pelaksana Rektor Universitas Muslim Buton, Dr. Sudjiton, M.M juga memberikan apresiasi yang tinggi kepada kehadiran beliau karena dapat mengajarkan tentang tantangan zaman maupun umat islam yang sedang menghadapi perkembangan peradaban teknologi tinggi yang disebut era 4.0, jika kemajuan teknologi tidak diimbangi oleh nilai-nilai keagamaan, maka akan terjadi penyalagunaan teknologi, olehnya itu hadirnya ajaran islam sebagai penyeimbang dalam kemajuan zaman agar teknologi yang digunakan dapat memberikan faedah yang baik kepada umat, disamping itu nilai-nilai PO-5 atau sara patanguna yang ada di Kesultanan Buton merupakan kearifan lokal sangatlah bersentuhan dengan ajaran islam yang saling mencintai, menghargai, saling mengasih, dan toleransi antar umat sehingga bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam kegiatan ini pemateri mengejawentahkan makna Islam Wasothiyah yang mempunyai banyak makna salah satunya bahwa umat islam harus berada di tengah, tidak ektrem kanan, tidak ekstrem kiri, ekstrim atas ataupun ekstrem bawah, umat islam juga berada di tengah-tengah karena hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 143 merupakan salah satu teks keagamaan yang secara gamblang menunjukkan moderasi itu. Di sana Allah Swt berfirman: “Dan demikian Kami telah menjadikan kamu, ummatan wasathan agar kamu menjadi syuhada terhadap/buat manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi syahid terhadap/buat kamu.
Negara Indonesia yang dihuni oleh banyak agama dan tidak ada hak bagi kita untuk membunuh bangsa atau umat lain yang tidak berdosa, meskipun kita berbeda dalam keyakinan, oleh karena itu perlunya adanya saling menghargai dan toleransi antar umat beragama agar negara kita hidup rukun dan damai.
Terakhir di dalam kuliahnya, beliau mengatakan “Kalaupun ada kebenaran hanya pertolongan Allah Swt, kalaupun ada kesalahan adalah datangnya dari saya sendiri”, hal ini memberikan makna bahwa sebagai umat beragama islam tidak boleh mengklaim diri sebagai orang yang paling benar karena kebenaran semata-mata dari dari Allah Swt.
Komentar
Posting Komentar