UMU Online – Dies Natalis ke 2 Perguruan Tinggi Swasta di bawah naungan PBNU-Pusat Universitas Muslim Buton, UMU Buton memiliki sejumlah rangkaian kegiatan diantaranya berupa Talkshow dengan menghadirkan Prof. Dr. Djaali, Launching Pusat Studi Pembangunan Kepton oleh Bapak Gubernur Sulawesi Tenggara yang diwakili oleh Asisten 1 Setwilda Tingkat 1 Provinsi Sulawesi Tenggara, Deklarasi Entrepreneur University (UMU Buton) Oleh Bapak Wali Kota BauBau, Gerak Jalan Santai, dan kegiatan-kegiatan rutin seperti kuliah umum dan Studium Generale yang akan menggaungkan nama Universitas Muslim Buton sebagai salah satu perguruan tinggi Swasta dibawah naungan PBNU-Pusat dari 258 Perguruan Tinggi dibawah binaannya, yang membawa visi Entrepreneur University. Salah satu rangkaian kegiatan Dies Natalis yang baru saja dilaksanakan pada hari Sabtu (12/06/21), adalah Studium Generale yang mengangkat tema “Entrepreneur Di Era Disrupsi 4.0”.
Bertempat di Aula Hotel Mira BauBau, Studium General dibawakan oleh Ketua Yayasan Pendidikan Indonesia Kepulauan Buton Ibrahim Marsela, salah seorang pengusaha ternama yang sukses di Kepulauan Buton. Sosok Ibrahim Marsela, juga pernah menjabat sebagai Wakil Wali Kota BauBau Priode 2004-2008, dan pernah menjabat Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Tema “entrepreneur Di Era Disrupsi 4.0” yang dibawakan Ibrahim Marsela, selaras dengan arah pengembangan Universitas Muslim Buton sebagai Entrepreneur University. Hal ini pula yang disebut sebagai awal yang baik, karena sejatinya riset dan pengetahuan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya skill Entrepreneur. “ Universitas Muslim Buton moment Dies Natalis merupakan ajang mencuri start, Entrepreneur menjadi bagian yang sangat penting selain riset dan pengetahuan,” ujarnya.
Grand Opening Ep 1, Studium Generale dibuka oleh pidato singkat Plh. Rektor Universitas Muslim Buton, Dr. Sujiton. Dr. Sujiton menyampaikan kegiatan ini adalah forum sharing session yang mempertemukan praktisi sector public, Dunia usaha, Dunia industry, stakeholder dunia pendidikan, legislative dan yudikatif. Beliau juga menyampaikan bahwa kegiatan ini disamping sebagai pencerahan bagi pegawai UMU Buton, mahasiswa UMU Buton juga dalam rangka merealisasikan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka serta melaksanakan amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya Dharma Pengabdian Masyarakat. Rasa terima kasih kepada Bapak Ibrahim Marsela yang dapat menyempatkan waktunya untuk berkunjung dan berbagi ilmu dan pengalaman kepada mahasiswa Pegawai UMU Buton dan Mahasiswa UMU Buton. Beliau juga menyampaikan harapannya agar kuliah umum ini mampu mendukung visi UMU Buton menghasilkan lulusan yang memiliki kapasitas berfikir entrepreneur yang dapat bermanfaat bagi masyarakat, negara dan sesama.
Beliau mengatakan bahwa di era saat ini, kegiatan perkenomian dan perdagangan sedang didominasi oleh “generasi X” yang merupakan kelompok generasi dengan rentang usia 25-50 tahun. Tetapi diramalkan dalam 15 sampai 20 tahun kedepan, roda perkenomian akan jatuh ke generasi millennial yaitu generasi yang tumbuh dimana teknologi berkembang dengan pesat dan mudahnya akses informasi. Generasi millenial yang berperilaku lebih konsumtif harus diwaspadai dan juga dibarengi pertumbuhan entrepreneur di Indonesia. Perkembangan teknologi yang mengarah pada mekanisasi perkerjaan akan membuat ribuan perkerjaan manusia tergantikan oleh mesin, maka dari itu dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat menciptakan ribuan perkerjaan lainnya lewat entrepreneurship.
Menciptakan Entrepreneur
Ibrahim Marsela berpendapat, ada entrepreneur dengan posisi dilahirkan sebagian dari Entrepreneur itu diciptakan. Beliau bercerita tentang bagaimana ia ‘diciptakan’ sebagai seorang entrepreneur setelah merasa kesulitan terhadap kondisi keuangan waktu menjalani pendidikan. Ibrahim menambahkan bahwa menjadi entrepreneur itu adalah tentang bagaimana seseorang mampu membaca peluang dan kesempatan dilingkungan sekitarnya, domestik, regional, nasional dan kecendrungan global.
”Semua orang bisa jadi pengusaha. Caranya bagaimana? Caranya, satu, Bisa membaca peluang, kalau ada peluang, dilihat, dibaca, ditangkap peluang. Itulah dasarnya entrepreneurship,” lalu ia menambahkan, “kalau tidak ada peluangnya, ciptakan”. Ibrahim Marsela lalu menegaskan bahwa usaha tidak harus didasari dari sesuatu yang disukai atau sesuai dengan latar belakang pendidikan, ia pun memberikan contoh dirinya yang memiliki latar belakang pendidikan ilmu politik.
“Semua orang punya hak untuk menjadi pengusaha, tampa mengenal status social, pangkat,
jabatan, kaya, miskin dan semua orang berkesempatan untuk sukses menjadi
pengusaha,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa semua orang dapat memulai menjadi
pengusaha tanpa butuh adanya modal. “Uang bukanlah modal utama menjadi seorang
pengusaha, entrepreneurship hanya butuh tiga hal, yaitu finansial,
jejaring soasial dan sumber daya manusia yang baik, pengusaha juga harus
terbiasa dengen jatuh bangun. Jadi tidak ada yang namanya jadi pengusaha itu
harus modal uang“.
Beliau meneruskan, “seorang entrepreneur harusnya seseorang yang dicintai. Kalo dia tidak dicintai, dia tidak akan menjadi entrepeneurship sejati, bagaimana orang yang tidak dicintai bisa berdagang? Jadi jika anda ingin menjadi entrepreneur, jadilah entrepreneur yang baik. Yang kedua jika berpendidikan syukur alhamdulillah, karena ada knowledgenya, ada cara pikirnya, tapi tidak harus banyak, orang yang bependidikan itu. intelegensia itu penting, walaupun anda tidak berpendidikan, anda harus pintar, kalau tidak pintar tidak bisa jadi pengusaha. Lalu pengalaman, pengalaman ini adalah ilmu, guru yang tidak ada tandingannya. Jadi ini semua terakumulasi menjadi modal,” kata dia.
Menurut Ibrahim Marsela, ada empat karakter yang dapat membangun budaya entrepreneur. Pertama, kreatif, yaitu bersemangat untuk berinovasi dan memiliki daya dorong untuk menciptakan terobosan. "Di dunia usaha, (menjadi) kreatif adalah hal yang paling penting," Kedua, intuitif, mampu menganalisis keadaan dan melihat peluang dan prospek ke depan. Ketiga, efisien, bersemangat untuk bisa hemat dan tidak konsumtif. "Sayangnya, budaya konsumtif sudah menjadi wabah di Indonesia," kata Ibrahim. Kualitas keempat adalah nilai kejujuran. Bahwa keempat hal tersebut sangat diperlukan untuk membentuk karakter bangsa yang tangguh.
Lebih lanjut, Ibrahim menyarankan pada peserta kuliah agar senantiasa berani mencoba dan melewati tantangan. Menjadi sukses juga harus dimulai dari sekarang, salah satunya dengan menjaga prestasi. "Supaya bisa sukses, jalankan pendidikan dengan baik agar mendapat nilai yang baik pula. Aktif di kegiatan ekstrakurikuler akan sangat membantu mengembangkan kemampuan yang mungkin tidak diajarkan di kelas," jelas Ibrahim pada penghujung kuliah.
Di akhir perkuliahan, Ibrahim memaparkan untuk
menjadi entrepreneur yang sukses. "Mulailah usaha dengan niat yang baik,
baca dan tangkap peluang, uang bukanlah modal utama, membeli masa depan dengan
harga sekarang, jadikan kegagalan sahabat terbaik, kerja keras dan pantang
menyerah, ambil keputusan cari solusi dan bukan masalah, dan tips terakhir
tidak ada kesuksesan tampa kerja keras, tidak ada kesuksesan tampa perjuangan
dan tidak ada kesuksesan tampa doa dari kedua orang tua terutama ibu kita,
pangkasnya berbagai tips menjadi Entrepreneur/wirausaha.
Penulis: Darmin Hasirun
Komentar
Posting Komentar