Kota indah dan religius bernama Beirut, dengan kemajuannya di segala bidang mulai dari aneka macam karya seni berkualitas, fashion yang mengikuti perkembangan zaman, infrastruktur yang megah, berjejer gedung-gedung pencakar langit, pariwisata moderen, dan lain sebagainya, tidak heran orang-orang barat menjuluki kota ini sebagai Paris Timur Tengah karena kecepatan mengikuti trend dunia yang tidak kalah saing dengan beberapa kota di negara-negara eropa.
Keindahan Kota Beirut sangatlah layaknya dijadikan sebagai kota berperadaban moderen dengan sistem teknologi yang kian maju dan berkembang pesat. Masyarakatnya yang cukup plural dengan mayoritas memeluk agama islam dan kristen, olehnya itu Kota Beirut sangat mewakili kota-kota timur tengah untuk dijadikan sebagai daerah maju dan toleran.
Kini kota ini dilanda cobaan dengan ledakan yang meluluhlantahkkan sebagian kota, dua ledakan besar terjadi di pesisir Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8) sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Bahkan ledakan besar tersebut menciptakan gelombang seismik yang setara dengan gempa berkekuatan 3,3 Magnitudo1.
Kota yang terlihat indah berubah seakan menjadi daerah konflik, yang terlihat gedung-gedung hancur berantakan, taman kota rusak, jalanan penuh debu dan benda material, udara yang penuh polusi, masyarakatnya banyak berguguran dan korban luka.
Menteri kesehatan Lebanon mengatakan jumlah korban meninggal meningkat menjadi 135 dengan korban luka sekitar 5.000 orang. Ia menambahkan seperti dikutip Al Manar TV, sejumlah orang masih hilang2.
Kita patut bertanya-tanya, ada apa gerangan yang menyebabkan sehingga muncul ledakan dahsyat dengan jangkauan yang luas hingga menghancurkan kaca-kaca, meruntuhkan gedung tinggi, merusakan banyak kendaraan, dan benda yang ada di sekitar ledakan tersebut? Apakah ini semata-mata kesalahan manusia (human error) ataukah ada peran teroris yang sengaja mensabotasi ledakan agar mata publik seluruh dunia tertuju kepada kota ini?
Menurut Hollnagel (1993) dalam Apriastuti Puspitasari (2011:7) menyatakan bahwa Human error dalam istilah “erroneous action”, berupa “sebuah tindakan dimana terdapat kegagalan menghasilkan apa yang diharapkan dan/atau malah menghasilkan konsekuensi yang tidak diinginkan”3. Sedangkan teroris merupakan pelaku atau oknum yang dengan mengaja menimbulkan rasa ketakutan, kecemasan, trauma bahkan pembunuhan agar tercipta kekacauan dan kehancuran di tengah-tengah publik.
Berdasarkan informasi dari berita kompas.com menyebutkan bahwa penyebab terjadi ledakan diduga berasal dari ledakan sekitar 2.750 ton amonium nitrat di salah satu gudang di pelabuhan Kota Beirut4. Hal berbeda diungkapkan oleh Donald Trump yang menyatakan bahwa ledakan di Beirut adalah “Serangan”. Sementara disisi lain, pihak Pemerintah Lebanon belum memastikan lebih jauh terkait seluk beluk penyebab ledakan tersebut, olehnya itu perlu melakukan investigasi terhadap kasus ledakan yang menyedot perhatian masyarakat dunia.
Berbagai asumsi, prediksi dan analisis menghiasi kolom media nasional Indonesia, ada yang menyatakan ledakan tersebut semana-mata adalah human error yang kurang melakukan pemeliharaan 2.750 ton amonium nitrat sehingga sangat beresiko terjadinya kelalaian para petugas dalam melakukan pengawasan dan penjaga ketat atas komponen campuran peledak tersebut, tetapi saya pikir ada semacam keganjilan jika memang ledakan besar itu karena kurangnya pengawasan dari pemerintah setempat, sementara Kota Beirut sudah mempunyai sistem teknologi yang mumpuni untuk menjaga ribuan ton amonium nitrat, koh bisa ceroboh begitu sih?
Kalaupun menyalahkan ledakan tersebut karena ulah dari para teroris, boleh jadi dibenar karena Negara Lebanon mempunyai pengalaman pahit dengan terorisme, yaitu ledakan besar yang terjadi pada tanggal 12 November 2015 disebabkan serangan dari kelompok ISIS, setidaknya 37 orang tewas dalam ledakan bom bunuh diri ini dan ratusan lainnya luka-luka5. Bedanya dengan kasus sekarang adalah tidak ada pihak yang menyatakan secara resmi bahwa ledakan besar itu disebabkan serangan teroris, padahal kebiasaan golongan teroris selalu merilis pernyataannya lebih cepat terhadap ledakan yang dilakukan oleh mereka.
Boleh jadi hal ini disebabkan oleh pihak-pihak yang tergabung dalam kelompok “barisan sakit hati” yang tidak menyukai pemerintah sekarang, menurut saya tidak masuk akal jika ledakan besar tersebut semata-mata kelalaian manusia, dan lebih mencurigakan adalah adanya pihak tertentu yang sengaja merencanakan melakukan ledakan tetapi lagi-lagi kita butuh bukti kuat untuk meyakinkan prediksi ini. Terlepas dari semua spekulasi, mari bersama-sama mendukung Pemerintah setempat untuk menguak kebenaran sekaligus membantu dan mendokan warga yang menjadi korban ledakan.
Sumber:
1.https://m.cnnindonesia.com/teknologi/20200720155353-199-526788/ledakan-amonium-nitrat-beirut-setara-gempa-m-33. Dikutip pukul 01.55 Wita tanggal 6 Agustus 2020.
2.https://www.google.com/amp/s/www.bbc.com/indonesia/dunia-53657975.amp. Dikutip pukul 01.55 Wita tanggal 6 Agustus 2020.
3. Apriastuti Puspitasari. 2011. Analisis Human Error pada Kejadian Kecelakaan di Direktorat Logistik & Ekspor Plant Narogong PT. Holcim Indonesia, Tbk. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
4.https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/tren/read/2020/08/05/134600165/ledakan-di-beirut-lebanon-ini-analisis-pakar-penjinak-bom-terkait. Dikutip pukul 06.51 Wita tanggal 6 Agustus 2020.
5.https://www.google.com/amp/s/dunia.tempo.co/amp/719377/bom-beirut-libanon-tahan-9-tersangka. Dikutip pukul 01.00 Wita tanggal 6 Agustus 2020.
Komentar
Posting Komentar