Pada tahun 2008 merupakan awal saya bergabung di Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) merupakan organisasi yang cukup bergengsi di kalangan mahasiswa karena adanya anggapan dari teman-teman mahasiswa bahwa orang-orang yang masuk di dunia pers pastinya akan disegani karena kecerdasannya, kemampuan menginterogasi, dan kelihaian melihat fenomena yang menarik agar menjadi wacana publik, dalam jurnalistik dikenal beberapa istilah yang merupakan syarat menyajikan berita seperti magnitude artinya tulisan atau berita yang disajikan harus dapat menarik minat para pembaca atau pendengar berita tersebut, actuallity yaitu berita tersebut harus kekinian, semakin cepat kejadian diberitakan semakin baik, unik yaitu berita atau tulisan tersebut harus ditampilkan berbeda dengan orang atau pihak lainnya, dan prinsip yang tidak kalah penting adalah human interest yaitu tulisan yang dimuat harus berisi tentang hal-hal yang bersifat kemanusiaan dan masih banyak lagi prinsip yang dapat memperkaya wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa yang terjun di dunia pers. Olehnya itu mahasiswa pers tidak lepas dari buku-buku yang sering dijadikan sebagai teman selama di perjalanan, selain rajin menulis mereka juga rajin membaca koran, artikel, hasil penelitian, bahkan bertemu dengan orang-orang berpengaruh di daerah, nasional sampai tokoh internasional. Keren kan bro?
Awalnya saya diajak sama teman di kelas bahwa ada teman di kampus lain, namanya Jumadin Kedang yang ingin membentuk pengurus baru di lembaga pers mahasiswa cabang Kota Baubau, tanpa berpikir panjang saya pun mengikuti ajakan dia dan langsung bertemu dengan bung Jumadin Kedang untuk sama-sama bergabung menghidupkan lagi lembaga ini, pengurus organisasinya merupakan gabungan mahasiswa se-Kota Baubau yang mempunyai minat dan bakat dalam menulis ataupun membawakan berita dan disinilah kami mulai mengasah kemampuan literasi dari mentor-mentor yang berpengalaman di bidang jurnalistik, di lembaga inipun kami saling mengenal sesama mahasiswa dengan berbagai disiplin ilmu masing-masing. Oleh karena jumlah kami sudah mencukupi, maka kamipun segera membentuk kepengurusan yang diketuai oleh Jumadin Kedang, sedangkan saya yang masih berstatus sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dengan kepadatan kegiatan akhirnya lebih memilih menjadi pengurus biasa agar lebih fokus mengurus BEM dengan harapan saya dapat menimbah ilmu pers sebanyak-banyaknya, setelah terbentuk pengurus baru tahun 2008 kamipun bergegas mengikuti pelatihan dasar jurnalistik yang dibimbing oleh senior-senior pers yang kesehariannya bergelut dengan berbagai tulisan.
Di dunia Pers Mahasiswa, saya mendapatkan doktrin baru dari senior-senior dengan mengutip pendapat dari Mark Twain: “There are only two things that can be lightening the word. The sun light in the sky and the press in the earth artinya hanya ada dua hal yang bisa membuat terang bumi ini, yakni sinar matahari di langit dan pers yang tumbuh kembang di muka bumi ini.
Keseruan yang tidak bisa dilupakan pada saat pertama kali turun ke lapangan adalah saat mencari isu apa saja yang dianggap menarik untuk dimuat dalam berita, saya pun mulai berpikir kira-kira berita apa yang perlu dimuat, setelah berpikir cukup lama akhirnya saya dapatkan ide judul beritanya yaitu “pendapatan pedagang nasi kuning”, alasan mengambil judul ini karena nasi kuning masa kuliah saya masih dijadikan trend makanan dan banyak para peminat nasi kuning utamanya mahasiswa yang sering berlangganan, tetapi kami diberi tantangan oleh senior selama mencari isu untuk dimuat sebagai berita yaitu tanpa membawa identitas pers, disinilah sulitnya apabila ditanyakan mengenai identitas, maksud dan tujuan oleh informan. Saya pun tidak kehabisan ide dengan menggunakan ponsel yang dilengkapi dengan kamera sederhana berusaha mencari informasi kepada si penjual nasi, maka saya mencoba mengambil hati si penjual yaitu sengaja masuk warung makan untuk membeli satu porsi nasi kuning sambil menyalahkan rekaman video agar diberi informasi oleh penjual tentang penjualan nasi kuning setiap harinya. Saya tahu bahwa secara psikologi para penjual akan merasa tidak nyaman saat ditanya-tanya tentang dirinya dan usahanya tanpa membeli satupun barang jualannya, apalagi saya yang notabene belum dilengkapi dengan identitas pers. Saat itu harga nasi kuning dicampur sepotong ikan goreng dan sayur hanya Rp.10.000 saja, sambil makan saya pun bertanya-tanya kepada penjual tentang kondisi pengunjung setiap harinya, bagaimana pendapatannya selama menjual nasi kuning, dan lain sebagainya.
Setelah saya mendapatkan informasi yang dibutuhkan, maka sesegera mungkin kembali ke rumah yang mengetik hasil rekaman video dari informan, alhamdulillah sekitar 2 jam saya mengetik dan mengedit tulisan dan siap ditunjukan kepada senior untuk dinilai kelayakan tulisan tersebut dan hasil penilaiannya dinyatakan “Bagus”, disinilah saya mulai bergairah terus menulis dengan membuat narasi deskripsi tentang hal-hal yang ada di lingkungan sekitar bahkan wacana yang dianggap menarik dibaca.
Kami yang tergabung dalam PPMI cabang Baubau tidak tinggal diam agar dapat bersaing dengan lembaga-lembaga pers mahasiswa di daerah-daerah lain, maka kami berinisiatif melakukan Seminar dan Musyawarah Kerja Nasional PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia) tahun 2008 dengan menghadirkan kawan-kawan pers mahasiswa di seluruh Indonesia dan saya diberikan tanggungjawab sebagai Ketua Panitia untuk mensukseskan kegiatan tersebut. Di dalam perjalanan persiapan kegiatan kami menemukan berbagai tantangan dan hambatan yang banyak menguras tenaga, waktu dan pikiran diantaranya menyediakan dana kegiatan yang cukup untuk mempersiapkan kehadiran tamu undangan dari luar daerah, koordinasi dengan para pemateri, pemerintah daerah, lembaga pers, menyebarkan undangan di berbagai perguruan tinggi, menyiapkan fasilitas / tempat kegiatan seminar dan musyawarah, dan masih banyak lagi yang dibutuhkan dalam rangka mensukseskan kegiatan tersebut. Atas kerjasama tim yang penuh tanggungjawab, maka kegiatan Seminar dan Musyawarah Kerja Nasional berhasil diselenggarakan dengan baik dan lancar.
Komentar
Posting Komentar