Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..! Salam bahagia
dan damai untuk kita semua..!
Semua manusia telah diciptakan mempunyai dua potensi jiwa yang saling
bertolak belakang yaitu marah dan sabar. Marah melambangkan sifat api (gejolak)
sedangkan sabar melambangkan sifat air (tenang, dan dingin).
Kali ini saya mencoba membahas secara singkat tentang marah.
Kenapa harus membahas marah? Saya mempunyai alasan yang cukup rasional
yaitu sikap marah selalu memperburuk kondisi badan, dan kualitas keimanan kita
akan rapuh saat berhadapan dengan emosi tinggi, meskipun sudah ditahu dampaknya
tetapi masih banyak terlihat di lingkungan sekitar kita ataupun pada
teman-teman yang suka marahan. Seharusnya sikap ini wajib dibuang jauh-jauh
karena tidak ada faedahnya, malah orang lain semakin jengkel kepada orang yang
marah tersebut.
Sikap tegas dan marah berbeda dalam hal menyampaikan pesan. Sikap tegas
menunjukan kewibawaan saat berkata-kata, sedangkan sikap marah menunjukan
kebobrokan akhlak saat berkata-kata.
Sesungguhnya diantara kamu ada orang yang cepat marah, namun cepat pula
redah kemarahannya. Ada pula orang yang cepat marah, namun lambat redahnya,
maka yang lebih baik untuk kamu adalah orang yang lambat (tidak mudah marah),
namun cepat redahnya. Sedangkan sejahat-jahat diantara kamu adalah orang yang
cepat marah, lambat pula redahnya dan jauh lebih mulia adalah tidak marah.
Marah untuk kepentingan duniawi (jabatan, uang, dan lain-lain) bisa merusak
hati, merendahkan harkat dan martabat diri, maka tidak bijak meluapkan amarah
kepada orang lain dengan mencaci maki, memojokan, mempermalukan dan sikap tidak
terpuji lainnya yang menjauhkan diri kita pada kasih sayang Allah SWT.
Pembuatan menahan marah sudah diperintahkan oleh Allah SWT dalam Al Qur’an yang berbunyi:
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ
وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ
يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤
Artinya (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Ali
Imran ayat 134).
Hal ini dikuatkan dengan Hadist Nabi Muhammad saw yang artinya: “Berilah
aku wasiat”. Beliau (Nabi Muhammad saw) menjawab, “janganlah engkau marah!”
Laki-laki itu mengulang perkataannya hingga tiga kali, Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam kemudian memberikan jawaban yang sama” [HR Tirmidzi dan Bukhori].
Hadist tersebut di atas mengulang kalimat "jangan marah" sebanyak
3 kali untuk memberikan penekanan terhadap bahaya sikap marah tersebut
sekaligus sebagai bentuk upaya menghindari amarah yang meluap-luap agar tidak
terjebak pada perilaku yang tidak terpuji.
Sesungguhnya marah itu dari syeitan. Sedangkan syeitan diciptakan dari api.
Dan api itu hanya akan padam dengan air. Oleh sebab itu, jika seseorang diantara
kamu sedang marah, maka berwudhulah. (HR. Athiyah Bin Aurah As-Sa’di).
Pendapat ulama di atas memberikan nasehat kepada kita semua agar
menghindari sifat marah di dalam diri dengan selalu menyejukan hati setiap
hari, marah disimbolkan dengan elemen api sedangkan kedamaian disimbolkan
dengan air yang tenang, apapun amarah yang muncul, pasti akan kalah oleh
kesejukan air.
Pesan moral di atas harusnya dapat kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
Ingat Jangan Marah. Jangan Marah, dan Jangan Marah..!
Billahi Taufik Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..!
By. Darmin Hasirun
Komentar
Posting Komentar