MELAWAN TUHAN PALSU
Darmin Hasirun
Assalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera buat kita semua.
Semoga dalam lindungan Allah SWT. Amin..!
Pada era modern ini kita diperhadapkan kembali
dengan konsep Ketauhidan (Tuhan Esa), sama halnya perjuangan Nabi Muhammad SAW
yang memperkenalkan nama Allah SWT kepada seluruh umat manusia pada masanya,
yang salah dalam memandang Tuhan karena masih banyak manusia yang menyembah
patung, pohon, bintang, api, batu dan masih banyak lagi. Fenomena inilah yang
disebut dengan jahiliah tradisional.
Kehadiran Rasul telah meluruskan akidah
mereka bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali ALLAH SWT. Mulai dari Nabi
Adam as, sampai Nabi Muhammad SAW tetap mengingatkan manusia agar tidak keluar
dari jalur koridor yang sebenarnya.
Jikalau zaman Nabi, kita kenal ada
Jahiliah Tradisional karena masyarakatnya masih banyak yang buta huruf, tingkat
pendidikannya rendah, dan kurangnya sarana pendidikan formal. Sekarang juga kita
masih hidup di era Jahiliah yaitu Jahiliah Modern.
Jahiliah modern ditandai dengan tingkat
pendidikan masyarakat yang tinggi tetapi ilmu yang dimilikinya semakin
menjauhkan dirinya kepada Allah SWT, banyaknya sarana pendidikan yang canggih
dan modern tetapi malah digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan
jauh dari tuntunan agama Islam dan semakin banyak masyarakat yang pintar karena
ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi mereka masih terjerumus pada penyembahan
Tuhan lain selain Allah SWT yaitu teknologi.
Penulis memandang bahwa dalam diri
manusia sedang menghadapi segala macam Tuhan. Tuhan besar dan tuhan Kecil, tuhan
yang berbadan hukum dan yang tidak, serta tuhan jabatan, tuhan uang, semuanya
menuntut untuk disembah dan dipatuhi, inilah yang disebut Tuhan Palsu.
Tuhan palsu merupakan tuhan yang menipu
manusia karena cara pandang yang salah dalam mengkonsepkan hakikat dari pencipta
dan penguasa alam semesta sehingga orang-orang memandang manusia atau benda
matilah yang memberikan mereka anugerah, rezeki, keamanan, kenyamanan,
perlindungan dan lain-lain, dan akhirnya mereka melupakan jatidirinya yang
sebenarnya. Maka benar para Sufi / ahli tasawuf mengatakan “man arafa nafsahu, faqad arafa Rabbahu
artinya siapa yang mengenal dirinya, sungguhnya ia telah mengenal Tuhannya”
Tantang menghadapi tuhan-tuhan palsu di
era milenial ini semakin gencar dengan banyaknya godaan yang ada di depan mata,
segala kemenawahan duniawi menjadikan manusia lupa daratan, padahal semuanya
hanyalah fana yang musnah oleh perubahan masa.
وَٱلۡعَصۡرِ
١ إِنَّ ٱلۡإِنسَٰنَ لَفِي خُسۡرٍ ٢ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ٣
1. Demi masa
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
dalam kerugian
3. kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Q.S. Al Asr ayat 1-3).
Masa terus berjalan, tantangan selalu
menghadang, cobaan sering menghampiri tetapi perjuangan mencapai derajat taqwa
harus terus ada dalam hati yang tidak lusuh oleh waktu dan hanya dengan
menantang tuhan-tuhan palsu tersebut, manusia benar-benar dapat menemukan
hakikat dirinya yang sebenarnya.
Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat
Al Fatihah ayat 5:
إِيَّاكَ
نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ٥
Artinya: Hanya Engkaulah yang kami
sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
Saudaraku yang berbahagia, marilah kita
kembali meluruskan cara pandangan hidup ini, kembali ke jalan kebenaran.
Jangan memandang kekuasaan adalah
kebenaran tetapi kebenaran adalah kekuasaan itu sendiri (G, Massey, Peneliti
Kebudayaan Mesir).
Memang hidup tidaklah sempurna tetapi
berusaha menuju kesempurnaan itulah yang bijak.
Billahitaufil
Walhidayah Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Komentar
Posting Komentar