Darmin Hasirun, Akademisi Universitas Muslim Buton
Tulisan ini dilatar belakangi oleh maraknya para bakal calon atau calon kepala daerah melakukan sosialisasi di dunia maya (internet) dan dunia nyata yang sering menampilkan gambar-gambar monoton dan membosankan. Bagaimana tidak? Setiap kita melihat gambar para calon kandidat seperti menampilkan gambar layaknya coverboy padahal wajahnya pas-pasan, dibilang calon kepala daerah tetapi tidak punya prestasi nasional atau mendunia, dibilang pintar tetapi program kerja yang ditawarkannya seperti program kerja pemerintah desa atau kelurahan (orang gaul bilang tidak gregret), dibilang pro rakyat tetapi penampilannya kayak bos atau calon penguasa, padahal mereka itu harapan daerah, calon putra daerah terbaik yang akan duduk di singgahsana kekuasaan.
Masyarakat tidak banyak meminta iming-iming dari engkau wahai para calon kepala daerah. Mereka membutuhkan sesuatu yang nyata, bukan seperti beli kucing dalam karung atau burung dalam kardus. Tidak ditahu jenis kucing atau burung apa yang ada di dalam? Hanya tertempel TULISAN “BELILAH KUCING INI, PILIHLAH KUCING INI, MARI BERSAMA KUCING INI..!” Tahu tidak? kata-kata itu membuat masyarakat sebel, jengkel, gemas, pokoknya tidak suka gitu dech…!
Oleh karena itu, penulis
ingin memberi masukan kepada bapak-bapak, ibu-ibu dan kakak-kakak yang ingin
mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Silahkan simak saran sebagai berikut:
1. PRESTASI
Setiap anda yang ingin mempromosikan diri agar masyarakat tertarik, dan dikenal masyarakat luas, maka yang ditulis disamping fotonya adalah sisipkan kalimat prestasinya apa yang pernah didapatkan…? Baik tingkat nasional maupun dunia, minimal tingkat daerah. Kita bisa mengambil contoh kepala daerah yang menampilkan prestasinya setiap promosi atau sosialisasi lewat media seperti Bapak Joko Widodo saat mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta heboh tuh promosi prestasinya dalam menertibkan pedagang kaki lima saat menjadi Walikota Solo, menjadi Walikota berpengaruh di dunia tahun 2015 akhirnya masyarakat suka sama beliau, Bapak Ridwan Kamil saat menjadi calon Walikota Bandung yang menggunakan media internet atau media elektronik lainnya untuk mempromosikan prestasinya, bapak Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Barat yang mempromosikan prestasinya saat menjadi anggota DPR RI yang bersih (tidak KKN) dan pro rakyat, Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta yang mempunyai karir Mantan Rektor Paramadina, Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar, dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI 2014-2016.
2. INOVASI
Inovasi yang dimaksud adalah konsep program kerja terbarukan. Inovasi lawan dari plagiat dengan mengambil konsep orang lain alias copi paste program kerja bahkan yel-yel-Nya pun bukan murni pemikirannya. Contoh program kerja inovasi oleh Ridwan Kamil yang pernah menjabat sebagai Walikota Bandung dengan Smart City yang mengambil konsep kota berbasis elektronik menjadi harapan baru bagi masyarakat Kota Bandung, atas prestasinya beliau mendapatkan lagi amanah menjadi Gubernur Jawa Barat (2018), Fadel Muhammad yang pernah menjadi Gubernur Gorontalo menggunakan empat strategi yaitu inovasi pemerintahan wirausaha, inovasi pengembangan SDM, Bima Arya Walikota Bogor yang membawa Kota Bogor lebih inovatif hingga masuk 99 Top pelayanan paling inovatif. Inovasi menumbuhkan ekonomi rakyat berbasis desa, dan Inovasi teknologi tepat guna.
3. KESEDERHANAAN
Penampilan elegan,
seragam putih ataupun necis full colour
tidak menjamin anda disukai oleh masyarakat, karena bisa jadi penampilan di
gambar tidak sesuai dengan kebiasaan hidup anda, yang suka hidup mewah, pakaian
dan asesoris mahal, kendaraan lengkap, dan lain-lain. Kita bisa mengambil
contoh kepala daerah yang hidup sederhana seperti ibu Tri Rismaharani yang
sekarang menjadi Walikota Surabaya dan Ibu Kofifah Indra Parawangsa menjabat
Gubernur Jawa Timur mereka terlihat penuh kesederhanaan, tampil apa adanya,
baik dalam kesehariannya maupun promosi lewat media.
4. PEDULI
RAKYAT
Sikap ini diyakini
sangat berperan penting dalam membangun citra diri yang humanis dan peduli terhadap
rakyat utamanya orang-orang miskin. Seringkali kita mendapatkan calon kepala
daerah menghadiri acara – acara yang dibuat oleh masyarakat seperti acara
pernikahan, acara sunatan, pertandingan olahraga, bahkan sampai urusan kedukaan
mereka rela menghadirinya bahkan sering memberikan sumbangan sebagai bentuk
pedulian terhadap keluarga yang bahagia maupun yang sedang dirundung duku.
Cara-cara seperti ini mudah dilakukan dan susah dilupakan. Ingat ya..! istilah “Blusukan”
merupakan cara yang dipopulerkan oleh Joko Widodo saat ingin meraih simpati
masyarakat dalam perhelatan Pilkada di Kota Solo, dengan turun langsung melihat
kondisi masyarakat, mendengarkan curhatnya dan memberikan harapan nyata bagi
masyarakat. Cara ini sangatlah familiar karena sudah terbukti dapat menjadi
magnet yang kuat untuk menarik dukungan dari masyarakat. Meskipun tidak semua
blusukan adalah bagian dari kepedulian kepada masyarakat, oleh karena itu
perbiasakanlah diri anda selalu blusukan sebelum menjadi calon kepala daerah.
Lihat tuh..orang-orang yang sudah terbiasa jadi bos di kantornya saat blusukan
ke masyarakat kentara hangusnya, jeleknya, dan capeknya. Kalau orang yang suka
atau terbiasa blusukan dengan pakaian dan gaya yang sederhana pasti tidak akan
terasa capek, jelek dan hangus (ya memang muka sudah seperti itu koh).
5. BERANI
Berani tidak mesti harus
dengan marah-marah, berani itu sikap wibawa seorang calon dalam menjaga
komimennya memberantas mafia-mafia di daerah, mulai dari mafia proyek, mafia
pungli, mafia illegal logging, mafia illegal fishing, melaporkan para koruptor
kepada pihak kepolisian, berani tidak menjadikan lahan proyek bagi keluarganya,
berani melakukan perombakan besar-besar. Itu semua adalah tindakan yang penuh
resiko tetapi dampak positifnya besar, maka dibutuhkan pemimpin bernyali.
6. DERMAWAN
Dermawan adalah sikap seorang pemimpin yang suka memberi hartanya kepada orang lain yang lebih membutuhkan seperti fakir miskin, anak terlantar, orang tua jompo, dan lain-lain. Sikap dermawan asli dan palsu akan sangat mudah diketahui, biasanya dermawan asli selalu menjadikan kebiasaan setiap saat dirinya memberi sesuatu kepada orang-orang miskin dan orang memerlukan, sedangkan dermawan palsu alias jadi-jadian hanya akan memberi sumbangan saat dirinya menjadi calon kepala daerah. Saya juga perlu mengingatkan kepada para calon kepala daerah yang pernah mengusir anak-anak meminta-minta uang kepada anda, tidak memberi sedikitpun saat adik-adik mahasiswa meminta bantuan, menghindar saat dimintai bantuannya, dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Ada baiknya sifat-sifat seperti ini perlu mengurungkan niatnya untuk maju, karena akan menjadi bahan cercaan dari orang lain, anda membayangkan saja orang baik-baik pun bisa kena fitnah, lebih-lebih orang yang kikir selama belum menjadi calon. Janganlah menjadi Dermawan dadakan hanya karena kepentingan pemilihan kepala daerah, disitulah terlihat anda hanya pencitraan yang penuh kemunafikan.
Semoga tips ini bisa memberikan masukan buat anda yang mempunyai niatan maju menjadi kepala daerah. Saran di atas merupakan cara representatif untuk menjadi kepala daerah meskipun masih banyak tokoh-tokoh mendunia yang perilakunya perlu diterapkan seperti perilaku Nabi Muhammad SAW yang terkenal dengan sifat Sidik (Jujur), Fathanah (cerdas), Amanah (dipercaya) dan Tablig (menyampaikan kebaikan).
Memang setiap orang yang menjadi kepala daerah mempunyai jalan berbeda-beda, ada mantan napi jadi kepala daerah, ada muka wong deso jadi kepala daerah, ada pikiran dangkal jadi kepala daerah, ada orang yang sederhana bisa jadi kepala daerah, bahkan ada koruptor menjadi kepala daerah.
Tulisan di atas hanya sekedar menunjukan jalan kepada beliau-beliau yang ingin menjadi pemimpin yang baik buat masyarakat maupun daerahnya. Anda pakai atau tidak, bukan menjadi masalah bagi penulis karena yang tentukan masa depan anda hanya Tuhan dan Diri anda sendiri.
Komentar
Posting Komentar