Tulisan ini dibuat spesial untuk orang-orang yang alergi dengan kritik terutama para penguasa yang lagi duduk enak di singgahsana kekuasaannya. Mereka yang tidak suka dikritik pastinya akan menganggap bahwa kritik adalah hinaan yang merendahkan harkat dan martabatnya. Padahal untuk menjadi manusia baik harus butuh orang lain dalam mengingatkannya pada jalur kebaikan bukan malah dimusuhi, mencari-cari dan membuat-buat masalah untuk para pengkritik hingga mereka dijebloskan di dalam lembaga pemasyarakatan / penjara.
Rakyat punya hak untuk mengkritik pemerintah dan pemerintah punya kewajiban untuk menampung serta memahami makna dari isi kritikan tersebut, bukan malah lari dari kenyataan, atau berpura-pura tidak tahu apa-apa. Ujung-ujungnya rakyatnya yang dipenjarakan padahal sebelum duduk di kursi kekuasaan, malah mereka meminta-minta kepada rakyat untuk dipilih menjadi wakil rakyat. Eh setelah rebut kekuasaan rakyatlah yang diserang dan dianggap sebagai pelayannya.
Cobalah belajar dari filosofi kripik pedas, meskipun awalnya dirasakan pedas tetapi lama kelamaan menjadi enak di lidah, dan pastinya akan ketagihan dengan rasa kripik yang gurih dan renyah sampai kripiknya habis di dalam bungkusan, maka jadikanlah setiap kritikan seperti halnya kripik, semakin banyak dikritik semakin enak dirasakan karena orang-orang yang mengkritik adalah teman yang menunjukan ke arah kebaikan meskipun dengan cara berbeda.
Rakyat yang memegang kekuasaan tertinggi di negeri ini seperti yang termuat dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar’ seharusnya dengan adanya pasal ini menjadikan kedudukan rakyat ditempatkan di atas kedudukan para wakil rakyat (baik dalam lembaga eksekutif maupun legislative), sementara wakil rakyat bekerja demi mewujudkan cita-cita rakyat artinya para wakil rakyat sejatinya adalah pelayan atau abdi bagi rakyat.
Menjadikan kritikan layaknya kripik yang gurih dan enak adalah keharusan dalam menjalankan amanah rakyat, jika kritikan masih dianggap sebagai hinaan disitulah bersemayam jiwa-jiwa yang sesat dan menyesatkan, tetapi kalau kritikan dirasakan dapat membangun bangsa dan meningkatkan kinerja lembaga, maka itulah jalan keluar dari lingkaran patologi lembaga-lembaga negara bukan malah mencari pasal-pasal yang merugikan kepentingan rakyat dan memperkaya dirinya maupun golongan di setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
Nikmatilah setiap kritikan yang datangnya dari rakyat karena suara rakyat adalah bagian dari suara Tuhan (fox populi fox dei) yang didengungkan melalui mulut hamba-hambanya yang teraniaya. Suara Tuhan yang mengingatkan para wakil-wakilnya di pemerintahan untuk menjalankan tugas dengan baik, mengayomi dan melindungi rakyatnya dari segala kebijakan yang merugikan kepentingan rakyat.
Para wakil rakyat yang terhormat, janganlah telingamu disumbat hanya karena mendengarkan teriakan rakyat melalui pengeras suara, jangan pula menutup mata dari gerakan-gerakan yang dibuat oleh rakyat lalu mengabaikan kepentingannya, kalian yang duduk di kursi pemerintahan merupakan hadiah dari rakyatmu, dan amanah yang tidak boleh dikhianati selama menjalankan tugas.
Orang-orang yang menjadikan kritikan sebagai kripik adalah manusia unggul yang dapat menemukan cahaya dibalik gelapnya malam dan menganggap kritik sebagai obat dan vitamin yang menguatkan dirinya, sebaliknya orang-orang yang menghindari kritikan adalah manusia gagal yang berpura-pura gagah di depan rakyatnya tetapi lemah mengaktifkan nalar sehatnya.
Komentar
Posting Komentar