Gencarnya kampanye melawan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) ternyata sama halnya dengan kampanye melawan bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Covid-19 dan PKI mempunyai kemiripan yang hampir sama bahwa Covid-19 mempunyai kisah mematikan manusia, juga sama halnya PKI yang telah terbukti dalam sejarah nasional menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit setidaknya mereka telah membunuh anggota TNI dan kaum muslim yang menjadi garda terdepan mempertahankan negara kesatuan republik Indonesia dari ancaman liberalisme dan komunisme.
Tidaklah salah rakyat Indonesia bersama-sama membasmi virus corona dan PKI yang menimbulkan ketakutan masyarakat Indonesia bahkan keberadaan Covid-19 konon bisa berkamuflase agar tidak terdeteksi sistem imun tubuh manusia sama pula dengan PKI yang sering memakai politik bunglon mengubah dirinya untuk berbaur sehingga susah dideteksi dia Pancasilais atau tidak dan mereka sering menimbulkan provokasi antar umat.
Covid-19 dikenal virus yang pintar mengubah dirinya serta bisa menjangkiti manusia lebih cepat daripada virus lainnya sehingga hampir semua negara di dunia yang melakukan lockdown dan karantina wilayah untuk memutuskan rantai penyebaran virus, begitu pula dengan ajaran komunisme dimana hampir semua negara (kecuali Rusia dan China) melakukan blokade terhadap aliran ini yang dianggap berbahaya terhadap cara berpikir masyarakat yang beragama karena komunisme mengesampingkan ajaran agama dalam aturan bernegara, oleh pencetus ajaran komunisme yaitu Karl Marx dalam karyanya berjudul Manifesto Komunis banyak menancapkan doktrin komunisme kepada masyarakat dunia, beliau merupakan keturunan Yahudi yang cerdas dalam melahirkan ideologi-ideologi dunia.
Ajaran PKI yang mengesampingkan perintah agama merupakan kefatalan yang tidak bisa ditolerir karena menurut Karl Marx agama adalah opium bagi masyarakat dalam bahasa Jerman “Die Religion…ist das Opium des Volkes”. Meskipun ungkapan agama adalah opium bagi masyarakat merupakan kritik atas para elit negara di masanya yang menggunakan tameng agama untuk memobilisasi dan mengelabui rakyat sehingga tujuan kotor para elit dapat tercapai. Begitu pula dengan hadirnya Covid-19 mengakibatkan kegiatan-kegiatan ibadah di masjid-masjid di batasi, menjaga jarak saat berjamaah di masjid yang belum sama sekali dipraktekan di masa Rasulullah Saw dan para sahabat, mengakibatkan umat islam dicegah tidak berkerumun berjamaah di dalam majelis zikir bahkan tidak sedikit masyarakat menilai isu Covid-19 selalu dipolitisir.
Memang betul bahwa ideologi komunisme tidak akan mati dan tetap eksis dalam perjalanan sejarah peradaban manusia, sama halnya dengan virus corona yang diyakini tidak akan musnah hingga akhir zaman karena komunisme dan virus corona terus memperbaharui diri dalam ruang dan waktu yang berbeda, maka muncullah istilah neo komunisme atau komunisme gaya baru, yang sama pula dengan virus corona dengan nama yang berbeda-beda seperti SARS, MERS-CoV, Covid-2019 dan masih banyak lagi spesifikasinya.
Mari bersama-sama dan bersatu menjaga diri jangan sampai Covid-19 maupun ajaran komunisme masuk di dalam diri kita, tentunya selalu menjaga kesehatan diri dengan berolahraga, makan dan minum vitamin, memelihara kesehatan akal dan hati dengan memperbanyak ibadah agama, menjaga diri dari orang-orang yang diduga sudah terjangkiti aliran komunisme dan paling penting merawat keutuhan NKRI dari berbagai ancaman yang datang dari dalam maupun luar negeri.
Komentar
Posting Komentar