Setelah
diselenggarakannya pelantikan pengurus BEM Fakultas Pertanian dan Peternakan
serta pengurus Himpunan Mahasiswa Program Studi Agribisnis Universitas Muslim
Buton, maka di hari yang sama Sabtu, 13 November 2021, pukul 10.30 sampai 12.00 Wita bertempat di Aula Hotel
Mira Kota Baubau diadakan dialog publik dengan menghadirkan para panelis yang
telah berpengalaman sebagai mantan aktivis mahasiswa.
Adapun panelis yang hadir adalah Anna Nurawalia, S.Pd.,M.A, beliau Ketua Bidang Hukum, HAM dan Advokasi Perempuan Fatayat Muslimat, dan Ketua Mata Garuda LPDP Sulawesi Tenggara, serta Darmin Hasirun, S.Sos.,M.Si, sebagai Direktur Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dan Wakil Komisaris I Kepton Reseach Center. Di dalam dialog ini dikemas lebih friendly, enjoy, santai dan mengutamakan proses dialog antar panelis dengan para mahasiswa.
Kegiatan dialog publik ini mengambil tema "Revitalisasi Gerakan Mahasiswa Dalam Mewujudkan Masyarakat Berkeadilan”. Dimoderatori oleh saudari Irma, dia adalah mahasiswa semester 5 Program Studi Agroteknologi Universitas Muslim Buton, dengan kemampuan public speaking yang baik dan kemahiran memandu acara sehingga suasana dialog semakin semarak.
Anna Nurawalia, S.Pd.,M.A, mengungkapkan apresiasi yang tinggi kepada pengurus BEM FAPERTA UMU Buton yang telah melaksanakan dialog publik, Beliau menghubungkan antara tema dialog dengan Sultan Buton Oputa Yikoo sebagai Pahlawan Nasional. Negara kita adalah hadiah dari perang dunia dengan ditandainya Amerika Serikat mengebom Kota Hiroshima dan Nagasaki sehingga meluluhlantahkan Negara Jepang, dan dampak hancurnya negara Jepang sehingga terjadilah peristiwa Relangasdengklok yaitu para pemuda berbondong-bondong meminta Soekarno untuk lekas-lekas menulis naskah Proklamasi, itulah hadiah perang dunia atas kemerdekaan Indonesia. Apa yang harus kita ambil? Ketika Negara Jepang hancur, maka yang pertama diambil adalah semangatnya, ketika Jepang hancur, pertama yang dicari adalah guru, yang mereka bangun adalah pendidikan, semangat yang kedua adalah ketika mereka membalas balik ke Amerika Serikat. Apa yang perlu direfleksikan? Coba ditengok diri kalian sendiri, pasti kalau datang di kegiatan akan bertanya berapa uang transportasinya, berapa uang bensinnya, coba bandingkan dengan Negara Jepang pada waktu itu, mereka rela mati demi negaranya.
Pernyataan dari Anna Nurawalia menyiratkan semangat para pemuda yang wajib dimiliki oleh para mahasiswa sehingga setiap aksi yang mereka lakukan selalu diabdikan demi kepentingan kemajuan bangsa dan negara karena negara yang besar pasti salah satunya ditopang oleh para pemuda yang mempunyai kemampuan intelektual yang baik, cinta tanah air dan keberanian dalam menegakan kebenaran demi kejayaan negaranya.
Pendapat dari Darmin Hasirun, S.Sos., M.Si mengatakan bahwa dari tema ini, ada tiga kata kunci yang bisa kita pelajari yaitu revitalisasi, mahasiswa dan keadilan. Ketiga kata ini selalu berhubungan satu dengan yang lainnya, revitalisasi artinya upaya mengembalikan roh yang sesungguhnya, atau boleh dimaknai cara mengembalikan subtansi dari hadirkan eksistensi suatu hal yang dianggap penting atau sangat diperlukan. Sedangkan mahasiswa adalah sebutan bagi orang – orang yang terdidik secara intelektual, emosional, dan spiritual di dalam lingkungan kampus, dan keadilan adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsi yang sebenarnya, hal ini bisa dilihat dari sifat Tuhan yang Maha Adil dimana setiap mahluk diberikan rezekinya dengan adil, seperti semut dan gajah yang Tuhan berikan porsi rezekinya berbeda-beda sesuai dengan kadar kemampuannya, itulah esensi di dalam memaknai keadilan yang sesungguhnya.
Gerakan – gerakan yang dibangun oleh mahasiswa demi memperjuangkan kebenaran dan keadilan, patutlah diapresiasi dan dijaga marwahnya, dengan mempertahankan idealisme menjadi aktivis yang tetap teguh memegang kebenaran demi mewujudkan keadilan. Di dalam gerakan mahasiswa ternyata memunculkan dua arus yang berbeda, ada mahasiswa yang betul-betul menjaga idealismenya terhadap keadilan, dan ada pula yang menggadaikan idealismenya hanya demi meraih kepentingan materi yang dijuluki aktivis nasi bungkus. Mereka terkooptasi oleh kepentingan sesaat, ketika cita-cita sesaat tercapai, maka perjuangan menegakan keadilan sudah dianggap selesai atau sengaja dikubur dalam-dalam, jiwa-jiwa seperti inilah yang melahirkan kaum pragmatisme.
Tidak luput juga partisipasi dari Ketua BEM Universitas Muslim Buton, La Ode Ali Yopu yang mengungkapkan bahwa perlunya menjaga etika dan budaya organisasi mahasiswa agar bisa melahirkan gerakan - gerakan menuju masyarakat yang berkeadilan.
Komentar
Posting Komentar