By Darmin Hasirun
Anda bayangkan "jika Tuhan memperlihatkan dosa-dosa di dahi kita, maka akan terlihat tanda hitam seperti arang, dan orang-orang yang melihat tanda hitam itu akan merasa jijik", olehnya itu Tuhan selalu menutup aib-aib manusia disebabkan rahmatnya. Sebaliknya disaat sudah mempunyai ibadah kebaikan yang banyak, maka hindarilah kesombongan karena baju kesombongan tidaklah pantas dikenakan oleh manusia", Tuhan akan menghinakan manusia yang sombong meskipun ibadahnya setinggi langit". Inilah gambaran hitam putih dalam hidup manusia yang telah ada di dalam diri sebagai keseimbangan potensi kebaikan dan keburukan.
Manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa tetapi disisi lain manusia pasti akan berusaha mencapai puncak kebaikan di dalam dirinya, artinya pertarungan hitam dan putih setiap hari menjadi hukum yang tidak bisa dilepas bagi manusia karena disitulah kodratnya sebagai mahluk yang terus diuji hingga sampai pada pengadilan hakiki, maka tidak ada hak bagi manusia lain
menvonis seseorang berdosa di hadapan Tuhan karena setiap manusia pasti berdosa. Olehnya manusia diberikan tugas di dunia ini agar
berjalan di rel yang benar, saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
Boleh jadi orang yang mengaku dirinya lebih bersih
dan beriman dibandingkan orang lain ternyata dirinya penuh dosa hanya
karena dia tidak menyadarinya, begitu pula urusan kematian baik dan buruk adalah misteri yang tidak bisa dijawab oleh manusia kecuali mendapatkan petunjuk dari Tuhannya, maka tidak ada hak bagi manusia menvonis kematiannya akan mengantarkannya pada keselamatannya atau tidak karena semua adalah hak preoregatif Tuhan.
Orang-orang yang sudah terjerumus ke dalam lembah
dosa maksiat lalu bertaubat dihadapan Tuhannya dikeheningan malam, disaat
kebanyakan orang tertidur lelap dan menikmati waktu-waktu istrahatnya, tetapi
si pendosa terus menerus meminta ampun atas dosa-dosanya, maka boleh jadi Tuhan
sedang menghapus deretan dosa-dosanya dan melukis segudang pahala dalam dirinya
karena kesungguhan hatinya dan hinaan dari orang-orang kepada dirinya yang berubah
menjadi energi pahala.
Perjalanan hidup ini layaknya seorang yang baru belajar mengayun sepeda, banyak yang jatuh atas kesalahannya kemudian berusaha agar dirinya menguasai keseimbangannya hingga dia bisa mampu menuju ke arah yang dicita-citakanya, seperti inilah cerita singkat perjalanan manusia di dunia ini, yang kadangkala terjebak ke dalam lembah dosa tetapi kemudian dia berusaha memperbaiki kesalahannya agar menuju pada keridhaan Tuhannya.
Hitam dan putih kehidupan adalah gambaran
kesempurnaan cobaan manusia di dunia karena memang dunia adalah tempat manusia
untuk dicoba dengan berbagai tantangan, dan juga sebagai tempat ujian agar
dapat mendaki gerbang ketaqwaan.
Ketika seseorang berdosa maka akan menjadi cobaan dari orang lain, apakah mereka yang melihat si pendosa itu menimbulkan reaksi hinaan dari orang lain atau menjadi penawar dan penerang atas gelapnya jalan yang dilaluinya.
Menghindari perilaku menghujat orang yang berdosa, sama halnya menghindarkan diri dari kekotoran atas perbuatan si pendosa tetapi jika diri terjebak dalam lingkaran dosa, maka diri akan terus menerus menghujat si pendosa itu, jadi tidak ada bedanya antara dia yang pendosa dengan diri yang menghujat si pendosa.
Konsep hitam dan putih sebagai gambaran kesempurnaan sikap manusia ternyata diajarkan dalam filsafat Thionghoa yaitu Yin dan Yang. Filofosi ini mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini, meskipun saling bertentang tetapi saling melengkapi artinya kebaikan sebenarnya butuh keburukan untuk membedakan kebaikan itu. Ketika kebaikan hanya berdiri sendiri tanpa penyanding lainnya, maka kita tidak akan membedakan apakah perbuatannya baik atau buruk.
Sama halnya konsep Hegel yang mengusung Filsafat Idealisme dengan melahirkan konsep Tesis lawan Antitesis dan melahirkan kedamaian yang disebut Sinthesis. Artinya kesempurnaan hanya akan didapat dari perlawanan hitam dan putih, maka Hegel pun berkata bahwa "yang benar adalah menyeluruh".
Itulah manusia yang telah dibenamkan dalam dirinya perihal hitam dan putih hidupnya sebagai komposisi kesempurnaan manusia dalam penciptaanya, maka ketika kita melihat seorang wanita pelaku maksiat sebenarnya ada kebaikan di dalam dirinya, yang menjadi potensi bagi orang lain untuk menambah ruang kebaikan agar dirinya tidak tertutup oleh hitamnya kehidupan dia.
Di dalam Al Quran ternyata selalu menyebutkan hitam dan putih silih berganti, jika Tuhan menyebutkan neraka sebagai balasan orang yang berdosa maka pasti ada surga sebagai balasan orang yang banyak pahala, jika Tuhan menyebutkan kesesatan bagi orang-orang yang salah jalan, pasti ada keselamatan bagi orang-orang yang diberi petunjuk. Jika ada hukuman kepada para pelaku maksiat pasti ada cinta dan kasih sayang kepada para ahli ibadah.
Ketika si ahli maksiat meninggal, seharusnya menjadi kesempatan si ahli ibadah untuk mempertahankan dirinya pada area putih dengan tidak mengotori dirinya pada perbuatan hitam, menghindarkan diri dari menghina, merendahkan, menceritakan aib dan memfitnah si ahli maksiat yang meninggal adalah jalan kesempurnaan dalam hubungan sosial dengan manusia lainnya karena keyakinan di dalam dirinya ada area hitam yang dapat berpeluang menguasai dirinya apabila tidak bisa mendapatkan titik keseimbangan, maka berhentilah menghujat orang lain yang berdosa karena di dalam diri ada dosa yang boleh jadi lebih hina diri daripada orang yang dihujati karena Tuhan Maha Tahu hambanya dengan segala firmannya.
Komentar
Posting Komentar