Apakah anda
pernah mendengarkan kata “Sina’a”?
Bagi orang di luar
Pulau Buton pasti banyak yang tidak paham dengan makna kata ini, bahkan
sebagian besar warga Buton belum memahami maknanya, padahal kepercayaan ini
telah lama berkembang pada masyarakat etnis Cia-Cia.
Penulis
mendapatkan istilah ini saat pertama kali berkunjung di Kecamatan Batuatas,
biasanya kata “Sina’a” selalu disinggung saat terjadi sakit atau duka yang
dialami oleh seseorang atau beberapa orang. Warga setempat menghubungkan antara
sakit yang diderita dengan perbuatan dosanya kepada orang lain yang pernah dia
sakiti selama dia masih sehat, baik menyakiti orang orang lain dengan
perkataannya ataupun perbuatannya yang disengaja ataupun tidak disengaja.
Pernah ada
kejadian seorang bapak terkena luka dan racun ikan pada bagian kakinya saat
beliau turun ke laut karena kondisi lukanya cukup parah sehingga bapak tersebut
memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Darah terus keluar hingga sampai ke rumah
beliau. Setibanya di rumah, keluarganyapun secepatnya mengambil pertolongan
pertama untuk mengantisipasi racun menyebar di sekujur tubuhnya. Akhirnya pihak
keluarga memutuskan untuk memanggil pak mantri (petugas kesehatan Puskesmas),
maklum disana tidak ada dokter saat itu (28/4/2011). Mantripun bertindak
mengambil obat bius untuk disuntikan pada tubuh korban, disela situasi
pertolongan pertama itu ada beberapa ibu yang bilang “sina’a, sina’a sampai
beberapa kali diucapkan..!
Saya bingung apa
maksud dari kata-kata tadi karena rasa penasaran, maka saya memberanikan diri bertanyalah
kepada orang disekitar itu “Apa maksud perkataan tadi” tanyaku. Jawab bapak disamping
saya bahwa “sina’a itu bala’ dari orang yang dia sakiti, mungkin dia pernah sakiti
anaknya, istrinya atau orang lain”. Dari situlah penulis mengerti makna
tersebut yang boleh jadi sakit yang diderita oleh seseorang akan kembali kepada
perbuatannya kepada orang lain, boleh jadi orang yang disakiti tersebut berdoa
kepada orang yang menyakitinya agar diberikan hukuman sesuai dengan
perbuatannya, dan hal ini bisa jadi doanya terkabulkan oleh Allah Swt untuk mendapatkan ganjaran sesuai dengan perbuatannya. Seperti halnya dalam sabda Rasulullah Swt
mengenai tiga golongan manusia yang doanya cepat diijabah oleh Swt.
Di dalam hadist
di atas telah jelas peringatan dari Allah Swt untuk tidak menyakiti orang lain
karena doa orang yang tersakiti akan mudah terkabulkan sama halnya dengan doa orang
yang berpuasa sampai ia berbuka dan pemimpin yang adil. Hal ini juga sudah
difirmankan Allah Swt dalam Q.S. Al Zalzalah ayat 7-8 yang berbunyi:
فَمَن يَعۡمَلۡ مِثۡقَالَ
ذَرَّةٍ خَيۡرٗا يَرَهُۥ ٧ وَمَن يَعۡمَلۡ
مِثۡقَالَ ذَرَّةٖ شَرّٗا يَرَهُۥ ٨
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan
melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Telah jelas
bahwa siapapun yang berbuat kebaikan maupun keburukan akan kembali kepada
dirinya sendiri meskipun perbuatan tersebut dianggap remeh dan kecil tetapi
semuanya akan ada balasannya, baik di dunia maupun di akhirat. Olehnya itu
boleh jadi dosa yang dimiliki oleh seseorang kadang mendapatkan balasannya di
dunia dalam bentuk penyakit, duka, kemelaratan, dan lain sebagainya, sehingga
Sina’a merupakan bagian dari balasan atas perbuatan dosa seseorang dari orang
yang pernah disakitinya itu.
Menurut
pandangan para ilmuwan, hal semacam ini adalah mitos yang boleh jadi benar atau
tidak karena belum ada pembuktian ilmiah yang menghubungkan antara sakit yang
diderita oleh pasien dengan dosa yang diperbuatnya. Percaya atau tidak, mitos
ini telah menjadi kepercayaan masyarakat setempat sejak ratusan tahun lamanya
hingga sekarang masih sangat kuat masyarakat lokal memegang prinsip tersebut.
Penulis mencoba
mencari beberapa literatur untuk mendapatkan padanan kata dalam Bahasa
Indonesia. Ternyata kata Sina’a berbeda dengan bala’ karena sina’a lebih banyak
pada aspek hukuman/ sanksi atas perbuatan dosanya dan lebih khusus pada person
(individu), sedangkan bala’ merupakan musibah yang menimpah seseorang yang
sifatnya tidak disengaja atau diluar perkiraan manusia sebagai bentuk
peringatan agar berhati-hati contohnya jatuh di motor yang biasa disebut bala,
karena siapapun yang pernah berkendaraan bermotor pasti mendapatkan hal-hal
tersebut tanpa disadari. Sedangkan menurut Profesor Quraish Shihab dalam
bukunya Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an (2007), term
bala’ pada mulanya berarti nyata atau nampak. Namun kemudian makna itu
berkembang menjadi ujian yang dapat menampakan kualitas keimanan seseorang.
Sina’a pada
dasarnya merupakan sebuah ganjaran kepada seseorang terhadap dosanya yang telah
menyakiti atau melukai orang lain baik secara batin maupun fisik, dan sakit
atau luka tersebut bisa sembuh dengan pengakuan dosanya kepada orang yang
disakiti.
Ada yang cukup
aneh dari sina’a ini, yaitu cara pengobatannya dengan mengakui dosanya kepada
orang yang pernah disakitinya secara langsung yang biasanya dilakukan di depan
umum atau orang-orang yang sempat berkumpul saat kejadian tersebut, meskipun
hal ini mulai dipertentangkan oleh sebagian masyarakat karena pada dasarnya
manusia tidak ingin aibnya di tahu oleh manusia lainnya, sehingga ada sebagian
masyarakat yang tetap mempertahankan kepercayaan sina’a dengan mengungkapkan
perbuatan dosanya kepada orang yang pernah disakitinya tanpa diketahui oleh
orang banyak, tetapi tindakan ini menyalahi kebiasaan lama yang sudah diyakini
oleh masyarakat setempat sebagai obat kebatinan yang mujarab untuk menyembuhkan
penyakit yang dideritanya.
Terlepas dari
mitos tersebut benar atau salah tergantung pada keyakinan masing-masing, tetapi
pesan penulis bahwa seharusnya kita tidak boleh menyakiti orang lain dalam
kondisi apapun karena menyakiti orang lain sama halnya menyakiti diri kita
sendiri, perlulah melakukan istighfar (memohon ampun) kepada Allah SWT atas
dosa-dosa kita, meminta maaf kepada orang yang pernah disakiti dan setiap
penyakit yang diderita bisa jadi hal itu merupakan kelalaian korban terhadap
ketidakhati-hatian dalam bekerja.
Billahitaufik
Walhidayah Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaah..!
Komentar
Posting Komentar