Meledaknya jumlah konten creator di seluruh dunia akibat bencana pandemic Covid-19 yang melanda warga dunia menjadikan jutaan manusia harus memutar otak agar mendapatkan pekerjaan baru dan pendapatan yang menjanjikan, pekerjaan dari offline berubah drastic menjadi online mengharuskan setiap orang beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
Dilansir dari www.liputan6.com menyatakan bahwa pada Januari 2021, jumlah pengguna smartphone di dunia mencapai 5,22 miliar orang, sementara jumlah pengguna internet kini ada 3,66 miliar jiwa. Menariknya, mayoritas dari pengguna internet adalah pengguna media sosial. Jumlah pengguna media sosial sendiri sebanyak 4,2 miliar pengguna. Sejak awal 2020, jumlah populasi global telah meningkat setidaknya 80 juta orang, dengan 5,22 miliar orang memakai smartphone, angka tersebut setara dengan 66,6 persen dari populasi dunia.
Data
tersebut di atas sangat mencengangkan karena lebih dari separuh penduduk bumi
telah menggunakan smartphone dan tentunya sebagian dari mereka telah
memanfaatkannya untuk membuka lapangan pekerjaan baru di dunia digital. Warga dunia maya yang terus meningkat seiring dengan tuntutan kebijakan Pemerintah memberlakukan work from home, belajar online, menjual online, membeli online dan berbagai aktivitas lainnya yang membuat warga dunia nyata harus berselancar di dalam dunia digital.
Miliaran pengguna smartphone menjadi ladang subur bagi para pemikir dan eksekutor creator untuk menciptakan berbagai sajian layanan yang menarik minat masyarakat dunia salah satunya menjadi konten creator di media sosial, tidak sedikit dari mereka meraih pundi-pundi keuangan miliaran rupiah dengan kemampuan mengambil gambar, video dan editing yang kadang merisauhkan para professional yang bertahun-tahun menempuh pendidikan di bidangnya. Hanya bermodalan tutorial yang ditonton dan dibaca di media sosial menjadikan mereka semakin mahir belajar otodidak, gurunya pun bisa dipilih sesuai dengan selera dan minat masing-masing.
Menjadi konten creator ternyata tidak butuh gelar di perguruan tinggi karena syarat menjadi konten creator sangatlah mudah yaitu butuh orang yang berpikir kreatif, menghibur, dan berani tampil di depan kamera. Bahkan orang-orang yang notabene cerdas secara intelektual menjadi tidak laku di pasaran, orang-orang kreatiflah yang booming di mata publik.
Arus perkembangan teknologi yang semakin pesat diprediksi akan mengikis cara-cara belajar konvensional yaitu belajar offline di perguruan tinggi yang membutuhkan biaya tidak sedikit, bahkan antara pelajaran dan kebutuhan dunia kerjapun tidak sinkron. Sementara menjadi konten creator tidaklah butuh kampus bahkan ijazah, mereka yang bergelut dalam pekerjaan sebagai konten creator harus berani mengekspresikan kegilaan berpikir melewati logika / nalar akademik.
Sebut saja Atta Halilintar adalah konten creator paling berpengaruh di Indonesia, tidak menempuh pendidikan sarjana tetapi bisa menarik minat masyarakat Indonesia dan luar negeri dengan kreativitas yang dimilikinya membuat video-video yang menghasilkan viewer jutaan pasang mata.
Bukan hanya para konten kreator yang berpikir kreatif tetapi para pedagang, public fugure, pengajar, pebisnis dan lain-lain yang membutuhkan bantuan orang lain, mau tidak mau harus menguasai teknologi alam maya dengan ide-ide kreatif tanpa batas agar tidak ketinggalan zaman.
Pelajaran bagi para pemburu gelar sarjana agar tidak semata mengejar lembaran kertas yang sebenarnya tidak bernilai subtansial bahkan sederatan gelar yang disandang belum tentu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat karena semua gelar yang kita miliki akan kembali kepada perilaku pribadi masing-masing.
Pendidikan sejatinya mengajarkan kepada peserta didik untuk terus berkreasi dan berinovasi dalam menjawab berbagai tantangan zaman yang terus menerus berubah bahkan perubahan sekarang susah diprediksi oleh para pakar, hanya orang-orang yang bisa beradaptasi dengan lingkungannya yang akan bertahan di tengah badai perubahan.
Komentar
Posting Komentar