CETERIS
PARIBUS
(Fenomena Ekonomi Menjelang Lebaran)
Darmin Hasirun
Mungkin sebagian pembaca tulisan ini
menganggap judul di atas masih asing, khususnya bagi orang-orang yang saat
SMAnya menempuh pendidikan di ilmu eksak, ilmu kejuruan, ilmu bahasa, terkecuali
ilmu sosial khususnya ilmu ekonomi. Untuk lebih mengenalnya penulis
mencoba berbagi kepada pembaca yang budiman. Selamat membaca..!
Bulan Ramadhan tinggal menghitung hari
akan memasuki gerbang di hari nan fitri (Idul Fitri), disaat inilah pasar mulai
ramai sebaliknya masjid mulai sunyi. Orang-orang lebih banyak memikirkan
tentang persiapan lebaran ketimbang memperbanyak tafakur, membaca ayat suci
Al’Quran, i’tikaf di mesjid, dan mendirikan sholat, disamping itu konsentrasi masyarakat
mulai terpecah antara memikirkan belanjaan atau khusyu melaksanakan beribadah.
Saat mendekati lembaran, ada perubahan
orientasi sebagian masyarakat dari religious menjadi ekonomi, dari spiritual
menjadi materil. Hal ini nampak pada aktivitas pasar-pasar mulai banyak
pengunjungnya, bank-bank mulai padat oleh aktivitas nasabah, pegadaian mulai
ramai dikunjungi nasabah untuk menggadaikan emas, dan harta berharga lainnya,
disinilah masyarakat harus memeras pikiran dan isi dompet untuk keperluan
belanja kebutuhan di hari paling ditunggu-tunggu masyarakat, apa lagi kalau
bukan Idul Fitri.
Mendekati hari raya ini harga
barang-barangpun mulai merangkak naik, dari barang tradisional sampai barang
mewah, mulai dari sepatu/sandal sampai ikat kepala semuanya ikut meroket,
orang-orang sudah mulai berdesak-desakan, toko-tokoh mulai sesak oleh padatnya pengunjung
yang berbelanja untuk kebutuhan lebaran.
Para pedagangpun mulai kebanjiran
orderan, hingga berjejer pasar dadakan yaitu pasar yang muncul saat momen
menjelang lebaran. Barang-barang menumpuk seperti gunung dan dalam waktu
sekejab habis oleh pesanan masyarakat. Disinilah strategi dan kesempatan para
penjual menggelar dagangannya agar barang-barangnya laku terjual karena
kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak terbendung oleh apapun.
Dalam hukum ekonomi kita mengenal
istilah hukum penawaran dan hukum permintaan. Dua hukum ini berlaku secara
terbalik.
Permintaan artinya sejumlah barang yang
dibeli atau diminta oleh pembeli. Hukum permintaan berbunyi “apabila harga naik
maka jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan ataupun sebaliknya”. Artinya
kenaikan harga barang akan menyebabkan turunnya daya beli pembeli dan menyebabkan
pembeli akan mencari pengganti yang harganya lebih murah.
Sebaliknya penawaran adalah sejumlah
barang yang dijual atau ditawar oleh penjual. Hukum penawaran adalah “bila tingkat
harga mengalami kenaikan, maka jumlah barang yang ditawarkan akan naik atau
sebaliknya”. Artinya kalau harga barang naik maka para penjual senang menjual
barang dagangannya.
Hal berbeda, saat menjelang hari-hari
besar nasional ataupun keagamaaan seperti menjelang puasa, idul fitri, idul
adha, natal, tahun baru dan sejenisnya. Momen inilah harga barang keluar dari hukum
permintaan dan penawaran. Harga barang semakin meroket tetapi banyak yang
memesan. Tak peduli berapa harganya tetaplah dibeli. Inilah yang disebut dengan
CETERIS PARIBUS. (Istilah ini pertama kali penulis dapatkan saat menempuh
pendidikan di SMA Negeri 2 Baubau, waktu itu guru saya sering disebut “Pak Oka”
Semoga Allah SWT merahmatinya).
CETERIS PARIBUS terjadi karena tingkat
penghasilan konsumen, selera/keinginan konsumen, dan kegunaan barang tersebut.
Biasanya menjelang idul fitri para
pembeli mengeluh dengan kenaikan harga dan para penjual senang memperdagangkan
barangnya, karena keinginan masyarakat membeli barang untuk kebutuhan lebaran
lebih kuat ketimbang harga barang yang meroket di pasaran. Tak mengenal kaya
atau miskin, hanya karena gengsi atau ingin dibilang oleh orang lain bahwa dia
punya baju baru, celana baru, dan pernak pernik di badan yang serba baru.
Menjadikan mereka harus membeli barang yang sudah mahal tersebut alias antara
gengsi dan uang kere. Terjadilah utang dimana-mana, gadai menggadai barang
menjadi pemandangan yang lumrah di saat menjelang lebaran, gaji pokok dan
fungsional dalam sekejab hilang di telan pasar, tabungan mulai dicungkil lembar
perlembar, keping per keping, dan seterusnya.
Inilah fenomena CETERIS PARIBUS
menjelang lebaran, yang memperlihatkan antara keinginan kuat dan harga yang
kuat pula meskipun tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Kondisi seperti di
atas kadang pemerintahpun melakukan intervensi pasar tetapi tidaklah bisa
mengendalikan harga yang semakin hari semakin menggila, pikiran mulai stress
dan bingung apa yang perlu diprioritaskan untuk dibeli, seakan semuanya serba
penting untuk dimiliki.
Mari jadikan, Puasa anda sebagai perisai
hawa nafsu yang menyebabkan pemborosan ekonomi. Wassalam..!
Komentar
Posting Komentar