MEMBENTUK DIMENSI-DIMENSI KARAKTER UNGGUL
DI UNIVERSITAS MUSLIM BUTON
Darmin
Hasirun, S.Sos., M.Si
Komponen utama dalam upaya pengembangan Universitas Muslim Buton adalah sumber
daya manusia (human resource) sebagai
komponen utamanya karena manusialah yang menggerakan dan memanfaatkan semua
sumber daya dengan prinsip-prinsip manajemen yang baik dan teratur, manusia –
manusia dalam perguruan tinggi tersebut adalah pejabat struktural, karyawan,
dosen, dan mahasiswa atau yang biasa disebut civitas akademika, tentunya mereka
akan bekerja dengan baik apabila ditunjang dengan komponen penunjang yaitu
sistem kurikulum yang berstandar nasional, sarana dan prasarana yang nyaman,
aman dan memadai, pembentukan organisasi-organisasi internal baik dibentuk oleh
para dosen seperti Indonesia Buton Institut, Asosiasi Pemerhati Kebijakan
Publik, Pusat Kajian Budaya Buton, dan lain-lain. Organisasi mahasiswa seperti
BEM, BPM, HMPS, Sanggar Seni dan Budaya Mahasiswa, organisasi olahraga
mahasiswa dan lain-lain serta anggaran universitas yang dikelola secara
transparan, efisien, efektif dan bertanggungjawab.
Setelah terpenuhi komponen utama dan penunjang di atas, maka komponen
utama harus dapat menginternalisasikan dimensi-dimensi karakter unggul seperti
akhlakul karimah, kewirausahaan, kepemimpinan, kemampuan berbahasa dan local wisdom.
Akhlakul Karimah harus didasarkan pada nilai-nilai islam yang sudah
diajarkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, seperti saling
menghargai, jujur, berkata benar, amanah, sopan santun, dan ikhlas karena
dengan mengikuti akhlak Rasulullah SAW yang menjadikan diri sebagai insanul
kamil dalam menerapkan adab dan akhlak Nabi Muhammad SAW secara kaffah.
Kewirausahaan merupakan jiwa seseorang yang ingin bekerja penuh
tanggungjawab dan bersemangat secara mandiri dan kerja keras memenuhi kebutuhan
hidup dan melaksanakan pekerjaan yang diembannya. Wirausaha bukan hanya sebatas
dimaknai orang-orang yang bekerja sebagai pedagang atau pengusaha tetapi orang
kantoran yang bekerja di instansi pemerintah atau swasta dengan menggunakan
prinsip-prinsip wirausaha seperti efisiensi, efektifitas, responsibilitas,
tranparan, dan akuntabel, olehnya itu semua pekerjaan yang dijalankan dengan
prinsip wirausaha adalah bagian dari kewirausahaan.
Kepemimpinan merupakan sikap/ karakter seseorang dalam memimpin
seseorang atau beberapa orang dalam organisasi juga mencapai tujuan tertentu, insan
akademik di UMU Buton harus dapat menerapkan nilai-nilai kepemimpinan yang
demokratis saling menghargai dalam perbedaan pendapat, menjunjung tinggi harkat
dan martabat, dapat bekerja sama dengan luwes dan enerjik, mampu membuat
analisis masalah, memberikan solusi terhadap masalah tersebut, suka mengayomi,,
membina dan memberi nasehat kepada sesama guna bekerja atau berperilaku dengan
baik dan benar.
Kemampuan berbahasa merupakan bagian dari tuntunan globalisasi yang
menghendaki masyarakat dunia termasuk civitas akademika UMU Buton dalam
bercakap dengan masyarakat luar negeri sebagai bagian dari kontribusi peradaban
manusia. Di dalam kemampuan berbahasa ini pula diharuskan sebagai insan
akademik dapat bertutur kata sopan, ramah, dan komukatif, Di dalam lingkungan
UMU Buton kemampuan berbahasa tersebut bukan hanya berbahasa inggris tetapi
juga bahasa daerah sebagai bahasa lokal, bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional.
Keilmuan merupakan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi
yang digelutinya, atau kemampuan memahami ilmu program studinya masing-masing,
karena mahasiswa harus dapat bekerja secara professional sesuai dengan bidang
ilmunya misalnya mahasiswa Program Studi Peternakan harus dapat memahami cara
beternak yang baik, jenis-jenis penyakit hewan yang dapat membahayakan
perkembangan biakan hewan tersebut, begitupula dengan mahasiswa Program Studi
Agribisnis harus mampu menguasai manajemen pemasaran produksi pertanian, tata
kelola lahan pertanian dan lain-lain.
Local Wisdom (kearifan lokal)
adalah bagian terpenting dan kadang terlupakan dalam sendi pengajaran ilmu pengetahuan
di perguruan tinggi karena kebanyakan perguruan tinggi lebih banyak didominasi
oleh ilmu-ilmu umum yang kadangkala melupakan nilai tradisi atau budaya yang
berkembang sangat lama di daerah tersebut. Zaman sekarang ini tidaklah cukup
kita memahami ilmu pengetahuan secara umum tetapi nilai-nilai kebudayaan yang
sudah diajarkan oleh para lelulur yang dianggap baik dan tidak serta bertentangan
dengan nilai-nilai agama seperti cara menghargai orang tua, mendidik anak, adab
bergaul dan berumah tangga, yang kesemuanya itu kadang dilupakan oleh generasi
insan akademik, kearifan lokal masyarakat Buton seperti Pobhinci-bhinciki kuli, Poma-masiaka, Poangka-ngkataka, dan Popia-piara
adalah nilai-nilai luhur masyarakat Buton yang menjadi pegangan dalam pergaulan
sosial.
Komentar
Posting Komentar