MEMAKNAI KARAKTER UNGGUL
Darmin Hasirun,
S.Sos., M.Si
Dosen
Universitas Muslim Buton
Kehadiran Universitas Muslim Buton (UMU Buton) dalam dunia pendidikan
tidak terlepas dari penerapan Tri Darma Perguruan Tinggi yang berbasis karakter
unggul dengan cara mengajarkan pendidikan karakter kepada seluruh insan
akademik di perguruan tinggi karena hanya dengan membentuk manusia unggul
inilah akan dapat menjadi pelopor perubahan kehidupan masyarakat yang lebih
baik. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Hanief Saha Ghafur dalam Orasi Kebudayaan, bertema
Membangun Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia Yang Bermutu Dan Berkarakter yang dilaksanakan di Jakarta tanggal 26 Juli 2019, beliau
mengatakan bahwa:
“Konten
pendidikan karakter harus memiliki kekuatan dan kemampuan menjadi kekuatan
penata interinsik (endogen regulatory forces), yaitu jati diri bangsa Indonesia
yang bermutu dan unggul. Tidak cukup semata mengandalkan kekuatan dan kemampuan
ekstrinsik (exogen regulatory forces), seperti ilmu pengetahuan, ekonomi, dan
teknologi. Tanpa kekuatan penata interinsik berupa jati diri bangsa yang
bermutu dan karakter, maka IPTEK hanyalah alat dengan manusia yang tidak punya
kemampuan dan daya dorong untuk maju. Kekuatan interinsik inilah hakekatnya
yang mendorong dan membawa bangsa-bangsa di dunia menjadi lebih maju dan lebih
sejahtera”.
Pidato tersebut di atas memberikan pesan bahwa pendidikan karakter bagi
insan akademik adalah kebutuhan primer sebelum memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi karena unsur ekstrinsik hanya menjadi alat netral yang dapat
digunakan untuk kepentingan positif maupun negatif tergantung nilai karakter
yang dimilikinya, olehnya itu perguruan tinggi harus dapat menciptakan sistem
pendidikan yang dapat melahirkan insan-insan akademik yang bermutu dan
berkarakter unggul di bidangnya masing-masing demi mewujudkan negara yang maju
dan sejahtera. Hal ini sesuai dengan motto UMU Buton “Membangun
Karakter Calon Pemimpin Masa Depan Bangsa”.
Apakah karakter unggul itu?
Syafaruddin, dkk dalam bukunya berjudul “Inovasi Pendidikan, Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan” diterbitkan
pada tahun 2012 halaman 177, memaknai karakter sebagai kehidupan berperilaku
baik/penuh kebajikan yakni
berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang Maha Esa, manusia dan alam semesta) dan terhadap diri
sendiri”. Tegasnya
karakter adalah kualitas pribadi yang baik dalam arti mengetahui dan menghayati kebaikan,
mau berbuat baik dan menampilkan
kebaikan
sebagai manifestasi kesadaran mendalam tentang nilai kebenaran dan kebaikan dalam kehidupan yang
baik.
Penulis mendefinisikan karakter unggul merupakan karakter seseorang yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa sejak lahir dan diperoleh melalui proses
belajar yang bersungguh-sungguh sehingga mempunyai kemampuan yang lebih baik
dalam melakukan inovasi di segala ilmu pengetahuan bagi kepentingan kemaslahatan
umat manusia.
Berdasarkan amanat Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 Tentang Penguatan Pendidikan
Karakter, membagi nilai karakter menjadi 18 nilai yaitu
: (1).religius, (2).jujur, (3).toleran, (4).disiplin, (5).bekerja keras, (6).kreatif, (7).mandiri, (8).demokratis, (9).rasa ingin tahu, (10).semangat kebangsaan, (11).cinta tanah air, (12).menghargai prestasi, (13).komunikatif, (14).cinta damai, (15).gemar membaca, (16).peduli lingkungan, (17).peduli sosial dan (18).bertanggung jawab. Nilai-nilai inilah yang harus dikuatkan penerapannya
dalam lingkungan universitas dan dimanfaatkan disegala bidang kehidupan
masyarakat.
Selanjutnya Budimansyah dkk dalam
bukunya berjudul “Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi. Diterbitkan pada tahun 2010 halaman ix menyatakan bahwa perlunya menggali
potensi diri dan “nilai-nilai unggul” bagi penguatan karakter bangsa. Nilai-nilai unggul
dimaksud antara lain kemandirian, kerja
keras,
kejujuran, keteguhan, kesadaran dan kecerdasan budaya (cultural awareness and
intelligence), dan kemauan belajar sepanjang hayat.
Karakter unggul sangat penting juga dalam menghadapi arus industri 4.0
yang sekarang sudah menjadi kebutuhan industri dalam pengembangan
produktivitasnya karena teknologi apapun yang digunakan oleh manusia akan
kembali pada karakter unggulnya, semakin cerdas teknologi, maka harusnya
semakin cerdas pula manusianya, dengan adanya manusia unggul di segala bidang,
maka teknologi akan lebih positif digunakan demi mempermudah pekerjaan manusia.
Menurut Klaus
Schwab dalam bukunya The Forth Industrial Revolution disebut “Revolusi
Indutri 4.0” (revolusi industry generasi ke empat), dengan andalan utamanya
“Kecepatan Aksesibilitas”, cirinya adalah aktivitas yang serba digitalisasi/otomasisasi
yang dibangun dengan super komputer,
terciptanya robot pintar, kecerdasan buatan, rekayasa genetik, kendaraan tanpa pengemudi, sistem belanja online, dan E-Bangking. (Sujiton, 2016:2). Sama halnya yang diungkapkan oleh
Schlechtendahl
dkk (2015) dalam Prasetyo dan Sutopo dalam buku
berjudul “Industri 4.0: Telaah klasifikasi Aspek Dan Arah Perkembangan Riset” Diterbitkan pada tahun 2018
halaman 19, menekankan definisi 4.0. kepada unsur kecepatan dari
ketersediaan informasi, yaitu sebuah lingkungan industri di mana seluruh
entitasnya selalu terhubung dan mampu berbagi informasi satu dengan yang lain. Maka ungkapan “biar lambat asal
selamat” menjadi ketinggalan zaman, karena manusia ditantang semakin bekerja
cepat dengan kualitas kerja yang baik pula. Hanya dengan karakter unggul saja,
seseorang bisa mengikuti proses percepatan perubahan zaman termasuk percepatan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembentukan karakter unggul telah termaktub dalam visi
Universitas Muslim Buton yaitu
“Terwujudnya Universitas Yang Mampu Menciptakan
Sumberdaya Manusia Berakhlakul Karimah, Berwawasan Enterpreneur dan Berperan
Aktif Dalam Pembangunan Bangsa”. Visi inilah yang akan menjadi arah baru dalam
dunia pendidikan karena perguruan tinggi bukan hanya sekedar mengajarkan ilmu
pengetahuan, tetapi perlu mengejar kepentingan inovasi terbaru di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan berlandaskan akhlak yang terpuji, berjiwa entrepreneur
di bidangnya sehingga dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Karakter
inilah yang pantas memanfaatkan IPTEK tersebut demi membawa perubahan yang
lebih baik bagi kehidupan masyarakat
Komentar
Posting Komentar