Betapa
senang perasaan para bakal pasangan calon dan tim sukses pasca mendapatkan
pintu partai, setelah beberapa bulan lalu mengadu nasib di Kota Jakarta untuk
disetujui dan disahkan sebagai pasangan yang akan diusung partai politik. Tentu
perasaan ini seakan menghapus lelah dan penatnya dalam pikiran yang
berkutak-katik pada masalah pintu dan pintu, deg-degan yang dirasakan dahulu
berubah seperti debaran asmara sang lelaki yang meminang sang gadis cantik nan
jelita.
Rasa
ragu mendapatkan restu partai pelan-pelan mulai terhapus dan berpindah pada
langkah-langkah pasti menuju kemenangan, inilah penantian yang ditunggu-tunggu
oleh masyarakat dalam menyongsong perubahan yang lebih baik lagi. Rasa yang
bercampur baur seperti gado-gado yang enak dilihat dan dimakan, menjadi
perasaan tersendiri yang susah dilupakan dalam memori pikiran selama hidup.
Para
tim dengan semangatnya mengajak para relawan dan masyarakat lain untuk
bergabung membentuk barisan, barisan semangat 45 merebut kekuasaan dan
kedudukan. Semangat yang membara ini perlulah menjadi satu kesatuan antara
tujuan kekuasaan (power) dan rakyat (people). Semangat yang tidak boleh
dikotori oleh motivasi-motivasi sesaat dan fana.
Jikalau
perasaan kaum muslim yang berpuasa menahan lapar dan dahaga di bulan Ramadhan akan
terobati oleh rasa senang disaat “berbuka puasa dan bertemu dengan Tuhannya”.
Seperti halnya perasaan para pasangan
bakal calon dan tim sukses yang senang disaat “mendapatkan restu partai dan restu
rakyat”.
Sambutan
gembira melangkahkan kaki atau memutar roda kendaraannya, yel-yel, dan nyanyian
yang didendangkan menjadi warna warni arak-arakan untuk menuju tempat
pendaftaran di Kantor KPUD, langkah demi langkah rasanya terbawa senang dan
plong meski sang Surya telah menembus kulit.
Deskripsi
perasaan di atas mestinya bukan hanya menjadi spirit bagi para pemain dalam Pilkada, tetapi harusnya lebih jauh
lagi menatap masa depan daerah dan rakyatnya. Bukan hanya senang mendapatkan
restu partai tetapi senang pula melihat kesejahteraan rakyatnya. Kebersamaan
dalam perjuangan pemenangan bukan hanya semu pada pesta demorasi yang nantinya
akan bias dan pudar disaat mendapatkan kursi empuk, uang banyak, fasilitas
mewah, dan kehormatan tinggi di mata rakyatnya.
Semangat
kebersamaan harus menjadi motivasi dalam membangun daerah, cita-cita yang luhur
bukan tercapai disaat duduk di singgasana kepala daerah tetapi disaat rakyat
sejahtera, daerah terbangun dengan baik, lebih-lebih kehormatan daerah menjadi
sorotan dunia terhadap prestasi kepala daerahnya selama memimpin rakyatnya.
Pembaca
yang budiman, terkhusus bakal calon pasangan kepala daerah, langkah kaki dan
roda kendaraan yang berputar itu akan mengantarkan pada amanah yang tinggi,
luhur dan suci, maka beban dipundak seharusnya mulai terasa, amanah rakyat
harus menjadi “ajimat” yang kuat melakukan gebrakan dan perubahan secara
fundamental dan revolusioner, tempat duduk kepala daerah (Gubernur, Bupati dan
Walikota) bukan untuk diduduki lalu asyik menikmatinya, kedudukan yang nantinya
akan duduki akan dipikul dan dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Jadikanlah
semangat arak-arakan sebagai tonggak awal perubahan pembangunan, kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat di daerah yang akan dipimpin nanti. Trim’s.
Komentar
Posting Komentar