Terlintas
dalam pikiran penulis tentang judul ini mengenai racun yang merenggut nyawa I
Wayan Mirna Salihin yang diminum saat ngopi di Café Oliver Jakarta Pusat, nama
racunnya SIANIDA, tetapi ini bukan menguak penyebab kematiannya, penulis
mengambil sisi pelajaran dari kasus ini.
Berbicara
mengenai racun, penulis hanya mengingatkan kejadian yang pernah dirasakan oleh
para pembaca mengenai perasaan dendam, marah, atau dengki terhadap orang lain.
Saat kita melihat orang yang dibenci itu semuanya serba salah, mulai dari
tingkat lakunya sampai apa yang dikatakan merupakan hal yang salah.
Menilai
orang-orang berdasarkan kriteria kita sering menjadi racun penyebab amarah,
yang bisa jadi berbeda pilihan, berbeda pendapat, atau berbeda cara pandang,
hingga menjauhkan diri kita pada nilai-nilai toleransi dan kasih sayang kepada
orang lain.
Terkait
dengan racun di atas penulis punya cerita nih yang diambil dari cerita Andrew
Wongso (Motivator) ..silahkan simak baik-baik ceritanya ya..!
Dikisahkan
ada wanita yang baru menikah dengan seorang laki-laki, dan wanita itu harus
tinggal di rumah mertuanya. Selama tinggal di rumah mertuanya, ada-ada saja
yang menimbulkan sang mertua marah, bahkan hampir setiap harinya tidak alpa
dengan ceramah tentang marah. Hingga berjalan pernikahan selama 1 tahun
lamanya, kebiasaan marah mertuanya tidak kunjung redah, malahan tambah
menjadi-jadi.
Akhirnya
wanita itu, berniat ingin menghabisi ibu mertuanya. Teringatlah dia kepada
teman ayahnya yang sering menjual obat, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke
rumah rekan ayahnya untuk berkonsultasi tentang kejadian yang dialami selama 1
tahun belakangan.
Tibahlah
dia di rumah rekan ayahnya itu, dan menceritakan panjang lebar tentang keluhan
yang dialami dan dengan berani wanita itu mengatakan “Om apa ada obat yang bisa
membunuh ibu mertua saya agar saya bisa hidup tenang? Dengan senyum tukang obat
itu mengatakan ada, namanya RACUN SIANIDA, racun ini secara perlahan-lahan (3
minggu) bisa membunuh ibu mertuamu, hal ini berguna supaya tidak ditahu oleh
orang lain bahwa kamu sendiri yang membunuhnya. Tapi dengan satu syarat
“sebelum kamu masukan RACUN SIANIDA ini dalam KOPI kesukaannya, kamu harus
berperilaku baik dan ramah terhadap mertuamu”. Tanpa berpikir panjang
diturutilah apa yang disaran itu dan obatnya langsung membeli. Perasaan bahagia
dan was-was bercampur dalam pikirannya.
Setiap
harinya, perilaku wanita itu berubah menjadi baik dan sangat ramah terhadap
mertuanya, tidak seperti biasanya, nanti setelah 3 minggu kemudian akhirnya
sang mertua berubah drastis perilakunya yang dulunya sangat benci sekarang
sangat baik. Bahkan setiap pertemuan arisan ibu-ibu tidak lepas dari
menceritakan kebaikan menantunya.
Perubahan
perilaku sang mertua, sontak menyadarkan dirinya bahwa dalam waktu dekat ini mertuanya
akan meninggal. Dengan sedihnya dan menyesal akhirnya wanita itu balik ke
tukang obat itu untuk meminta penawar agar menghentikan reaksi RACUN SIANIDA
itu.
Akhirnya
setelah ketemu sama tukang obat, dia mengungkapkan menyesalannya telah
berencana membunuh ibu mertuannya, yang sudah baik terhadapnya. Menangislah
wanita itu karena tinggal menghitung jam akan membunuh mertuanya. Dengan
tersenyum tukang obat itu mengatakan TENANG nak. Sebenarnya yang saya bilang
RACUN SIANIDA itu bukanlah racun sebenarnya, itu hanyalah air biasa dan tidak
membunuh, karena RACUN itu sering berada dalam pikiran kita. Akhirnya wanita
itu semakin menangis dan menyesal akan tindakannya, sekaligus bersyukur akan
keselamatan mertuanya.
Pembaca
yang budiman…!
Kisah
di atas merupakan sesuatu hal yang bisa diambil pelajarannya, bahwa RACUN yang
paling mematikan itu ada di PIKIRAN kita, jikalau kita ingin menciptakan rasa
cinta dan kasih sayang maka hasilnya akan sama dengan yang kita pikirkan,
tetapi jikalau pikiran kita penuh benci dan dendam maka hasilnya pula akan sama
seperti itu.
MARI KITA BERSIHKAH PIKIRAN INI, DENGAN SELALU
BERPIKIR POSITIF DAN MENGAMBIL PELAJARAN BAIK DARI SETIAP KEJADIAN.
“SETIAP HASIL PERBUATAN KITA, DITENTUKAN OLEH CARA
BERPIKIR DAN ISI HATI KITA”.
Komentar
Posting Komentar