Para Calon Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 |
Pemilihan
Kepala Daerah merupakan kebijakan negara dalam menyeleksi para kandidat
sehingga melahirkan pemimpin daerah selama lima tahun. Persaingan atau
kompetisi yang mewarnai pelaksanaan demokrasi adalah sesuatu pemandangan yang
lumrah bahkan diwajibkan karena dengan adanya persaingan itu, maka akan memacu
para calon kepala daerah mengeluarkan jurus jitu dan kemampuannya untuk menarik
minat atau simpati rakyat.
Menurut
penulis, secara umum ada dua model pelaksanaan Pilkada yang saling bertolak
belakang baik dalam hal nilai, tujuan, motivasi dan hasil akhir yang didapatkan
nanti. Kedua model itu terdiri atas model negatif dan model positif. Model
negatif selalu menampakan sikap-sikap para calon kepala daerah yang ingin merebut
kursi kekuasaan dengan cara saling menghujat, menghina, membenci, dan berbagai
sikap yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan politiknya. Sedangkan model
positif cenderung menunjukan sikap-sikap para calon kepala daerah yang saling
menghargai perbedaan, toleransi, perdamaian, uji intelektual dan gagasan
pembangunan daerah, yang nantinya akan menciptakan kebersamaan demi kepentingan
rakyat dan negara.
Teringat
dengan beberapa acara kompetisi dalam kontes musik untuk mencari juara satu di
tanah air ini, beragam peserta dengan latar belakang yang berbeda agama, adat,
budaya, bahasa dan warna kulit disatukan dalam satu panggung, para peserta ini
tentunya ingin menunjukan bakatnya masing-masing dengan mengolah vocal, dan meningkatkan
performanya saat tampil di panggung depan yang dipadati ratusan bahkan ribuan
penonton menyaksikan kemampuan para peserta. Persaingan yang ditunjukan
bukanlah main-main karena mereka harus bekerja keras untuk menjadi yang terbaik
diantara peserta pertandingan tersebut. Meskipun mereka bersungguh-sungguh
mengikuti kontes di atas panggung dan di depan ribuan penonton tetapi dibelakang
panggung mereka mempunyai rasa kebersamaan yang sangat kuat, saling mendukung,
berbagi rasa dan pengetahuan tentang musik, bukanlah hal yang tabu dilakukannya
saat peserta lain memberikan dukungan motivasi agar terus berjuang demi
mencapai juara, bahkan saat peserta lain tereliminasi di atas panggung mereka
saling berpelukan, menangis dan terharu dengan temannya yang tidak bisa
melanjutkan perjuangan menggapai cita-citanya.
Gambaran
ilustrasi di atas, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para calon kepala
daerah karena pada dasarnya mereka mempunyai tujuan yang sama yaitu sama-sama
ingin menang, sama-sama ingin membangun daerah dan rakyatnya. Maka kompetensi
yang bermartabat dan terhormat harusnya dilakukan, jubah-jubah egoisme yang
selama ini dipakai oleh para calon kepala daerah harus dilepaskan demi
kepentingan yang lebih besar lagi, indahnya kebersamaan para calon kepala
daerah tidaklah menurunkan harga dirinya di mata rakyat bahkan mereka akan
disanjung dan menjadi contoh terbaik bagi generasi penerus bangsa.
Kadang
kita rindu dengan kebersamaan dikala suasana pertengkaran menyelimuti dinamika
politik di tanah air, nilai kebersamaan bukanlah sebuah perkoncoan untuk
mencari keuntungan pada golongannya masing-masing tetapi nilai kebersamaan
merupakan sarana mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Politik damai adalah
sesuatu yang indah dan pasti diharapkan oleh setiap manusia di dunia ini tetapi
hanya karena egoisme mereka masing-masing sehingga jalinan siraturahmi,
toleransi dan saling mengangkat derajat terasa susah dilaksanakan.
Baru-baru
ini kita melihat berita tentang pasangan calon kepala daerah DKI Jakarta yaitu
pasangan Ahok-Djarot, pasangan Agus Harimurti-Slyviana Murni dan pasangan Anies
Baswedan-Sandiaga Uno melakukan wefie (foto bersama), “dalam foto tersebut
terlihat menggunakan handphone calon gubernur (Cagub) DKI Anies Baswedan.
Bagian paling depan, yang berdiri sejajar disamping Anies, terlihat calon wakil
gubernur (cawagub) Slyviana Murni dan cagub Agus Harimurti, lalu di belakang
Anies, terlihat wajah cagub petahana Basuki Tjahaja Purnama, cawagub Sandiaga
Uno, dan cawagub Djarot Saiful Hidayat. (Berita Satu.com, Sabtu, 24 September
2016).
Nampak
diwajah mereka keceriaan dan kebersamaan dalam kompetisi, seakan mengubur
dalam-dalam isu-isu kebencian yang selama ini dilontarkan untuk memojokan salah
satu calon kepala daerah. Raut muka yang bersahabat dalam perdamaian membuat
para nitizen dan rakyat Indonesia memberikan apresiasi, inilah yang disebut
berbeda-beda tetapi satu jua (Bhineka Tunggal Ika). Mereka menyatu bukan karena
hanya ingin semata-mata menjadi kepala daerah tetapi ingin menyatukan rakyat
yang selama ini terbelah, terpecah, dan napsi-napsi pada golongannya
masing-masing.
Sama
halnya sikap antara bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK)
saat mereka berdua bersaing memperebutkan kursi Presiden di Republik Indonesia
tahun 2009 lalu, dalam kompetisi mereka saling berdebat dan silang pendapat
karena perbedaan cara pandangan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
Negara Indonesia, meski mereka berbeda pandangan dalam berkompetisi tetapi
tidaklah menyurutkan rasa persaudaraan dan kebersamaan pembangunan negeri ini.
Berdasarkan
deskripsi fenomena di atas, maka persaingan dalam politik perlulah didasari
oleh nilai-nilai luhur di hati para pasangan calon yang ditanam dalam pikiran
sehingga dapat menyingkirkan sikap dendam dan benci diantara mereka, merangkul
tangan calon lain demi memperjuangkan nasib rakyat adalah sikap yang diinginkan
selama ini, bukan saling siku dan banting yang pada akhirnya hanya capek dan
pusing saja yang didapatkan oleh rakyat.
Kebersamaan
dengan saling merangkul dan saling membantu bukanlah sesuatu yang aneh dan
ganjil karena nenek moyang kita sudah memberikan bukti yang nyata selama ratusan
tahun lamanya, mereka hidup dalam perbedaan antar manusia satu dengan manusia
lainnya tetapi rasa gotong royong, toleransi dan saling menghargai merekatkan
berbagai macam perbedaan menjadi satu kesatuan yang tidak dipisah-pisahkan.
Pembaca
yang budiman, marilah kita jadikan momentum pelaksanaan pemilihan kepala daerah
sebagai ajang persaingan untuk melahirkan orang-orang yang berkualitas, mengerti
dengan tugas, fungsi, nasib rakyat dan pada akhirnya menciptakan solusi bersama
yang akan mengantarkan pada gerbang pembangunan manusia seluruhnya dan
seutuhnya. Amin. Trim’s.
Komentar
Posting Komentar