Langsung ke konten utama

BUKAN PEMIMPIN KTP *Darmin Hasirun*



Pemilihan kepala daerah merupakan ajang untuk menentukan/memilih kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) yang akan memimpin selama 5 (lima) tahun ke depan. Perbicangan mengenai bakal calon (Balon) kepala daerah mulai memanas dengan saling memojokan / menyindir satu dengan lain, baik dilihat pada latar belakang, program kerja, tempat tinggal, asal kelahiran, bahkan kontribusinya terhadap daerah.

Masing-masing para pendukung saling membela jagoannya agar menepis isu-isu yang berpotensi menjatuhkan elektabilitas dan popularitas di mata masyarakat daerah, disisi lain mereka juga tidak mau kalah dengan melemparkan “kartu hitam“ (black campaign) untuk menjelekan lawannya. Inilah yang dinamakan “suka menyindir tapi tidak suka disindir, suka mencubit kulit lawan tetapi tidak suka dicubit kulitnya”.

Menurut pengamatan penulis di lapangan, terlihat kegiatan masyarakat secara umum beraktivitas seperti biasanya, berinteraksi, bekerjasama, berdagang, dan berbagai aktivitas normal lainnya. Terasa mereka tidak terpengaruh dengan isu-isu yang selama ini beredar di media, tetapi hal yang sangat berbeda saat penulis masuk di dunia maya terutama group -group media sosial terlihat perang urat saraf semakin memanas, dan perbicangan yang sering dipermasalahkan seputar tempat kelahiran, tempat tinggal, nama slogan, money politic, bahkan agama pun ditonjolkan sebagai bentuk perlawanan kepada bakal calon kepala daerah lainnya.

Perdebatan antar pendukung BALON kepala daerah, mengingatkan penulis pada KTP (Kartu Tanda Penduduk), Ya..KTP. Inilah yang melatar belakangi tulisan ini diberi judul “BUKAN PEMIMPIN KTP”. Untuk mengetahui lebih jauh silahkan tuntaskan membaca artikel ini.

Kartu Tanda Penduduk (KTP) merupakan identitas penduduk yang berada di suatu negara/daerah tertentu, didalamnya berisi nama, tempat lahir, tanggal lahir, agama, pekerjaan dan lain-lain, dengan adanya kartu ini maka kita lebih mudah mengenal identitas penduduk tersebut.

Melihat fenomena PILKADA sekarang, penulis menganggap rasanya kita belum move on dengan kondisi masa lalu dan masih terjebak dengan masalah identitas. Padahal yang kita pilih bukan hanya sekedar yang tercantum di KTPnya, tetapi seharusnya lebih jauh lagi, yang tidak dimuat dalam KTP tersebut. Misalnya visi misi, program kerja (upaya menyelesaikan masalah kemiskinan, pembangunan, pengangguran, pengelolaan sumber daya alam, pertanian, perikanan, promosi potensi alam, penataan ruang, teknologi tepat guna dan berdaya guna), prestasi bakal calon dalam mencapai kesuksesan karirnya, kontribusi /pengabdian bakal calon kepada daerah, dan masih banyak lagi.

Tidak salah sih melihat KTPnya, tetapi janganlah terjebak pada diskusi-diskusi hanya seputar identitas saja, ada baiknya gali lebih dalam mengenai kemampuan bakal calonnya masing-masing, dan bagi pendukung yang tidak lolos calonnya agar lebih bijaknya menjadi penengah yang baik atau menjadi relawan bakal calon lainnya, sehingga dapat berpartisipasi dalam mensukseskan pelaksanaan Pilkada di daerahnya.

Di tengah kemajemukan masyarakat di daerah, kurang elok dan elegan jikalau terlalu memperuncing perbedaan itu, karena dalam hal apapun upaya memperuncing perbedaan adalah pemicu konflik sesama rakyat, yang senang kaum opportunis, borjuis dan konglomerat yang enak duduk disinggasana melihat rakyat saling bertengkar. Menurut penulis mencari persamaan dan kelebihan bakal calon dalam pembangunan daerah adalah solusi damai (menghindari konflik sesama rakyat) demi menuju masyarakat yang beradab, bermartabat dan dapat bersaing dengan daerah lain, bisa pula melihat kelemahan rencana pemikiran (program kerja) bakal calon sebagai tinjauan kritis terhadap dampak yang akan ditimbulkan jikalau beliau menjadi kepala daerah.

Sekarang ini, daerah butuh sentuhan sosok pemimpin bukan hanya KTP saja, tetapi lebih jauh lagi mengenai rencana melakukan percepatan pembangunan, penataan pemerintahan, menciptakan pelayanan prima, pemberdayaan masyarakat dan kebijakan-kebijakan lain.

Perdebatan tentang KTP bakal calon, seperti halnya diperdebatkan merk televisi mana yang paling baik. Dikatakan televisi yang berkualitas itu bukan pada merknya tetapi kualitas isi dalamnya yang memuaskan pelanggan.
Jikalau ada yang mengatakan bahwa daerah tersebut hanya dapat dinahkodai oleh penduduk pribumi atau pendatang saja maka inilah cara berpikir yang salah, otonomi daerah diberikan / diserahkan untuk mengurus rumah tangganya sendiri bukan dilepaskan dan dikuasai oleh kelompok masyarakat tertentu. Makanya daerah otonom bukanlah seperti kapal pribadi atau milik turunan tetapi kapal Pelni milik negara yang nahkodanya adalah orang ahli di bidangnya.

Hal ini termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3 berbunyi “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Khusus untuk pro kontra tentang money politik sama halnya mempermasalahkan pengurusan KTP, yang seharusnya sudah gratis, tetapi ternyata ada juga oknum-oknum yang masih suka dengan uang-uang pelicin tersebut, meski undang-undang telah melarangnya tetapi kadang oknum manusia inginnya mengikuti nafsu dan kepentinnya (bukan aturan negara).

Oleh karena itu, penulis mengajak kepada pembaca yang budiman, mari bahu membahu mensukseskan Pilkada dengan memilih pemimpin yang berkualitas dan ahli di bidangnya, BUKAN PEMIMPIN KTP.

Renungan:
“Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi, Ada seorang sahabat bertanya: bagaimana maksud amanat disia-siakan? Nabi menjawab: Jikalau urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran itu” (HR. Bukhari No.6015). Nauzubillah min zalik. Jauhkanlah kami dari marabahaya dan kehancuran itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROFIL DARMIN HASIRUN

  CURRICULUM VITAE     CURRICULUM VITAE   Nama Lengkap   Darmin Hasirun, S.Sos., M.Si . Tempat Tanggal Lahir   Bone-Bone, 10 Juli 1985 Jenis Kelamin   Laki-Laki (L) Pekerjaan   Dosen Agama   Islam Alamat   Lorong Hatibi, Kelurahan Tanganapada, Kecamatan Murhum Kota Baubau , Provinsi Sulawesi Tenggara . Hobi   Membaca, Meneliti, Menulis, Mengajar, Traveling dan dan Diskusi Alamat Email (Pribadi)           darmin.hasirun@gmail.com Kontak Person   0852 1370 8268   Riwayat Pendidikan dan Karya Ilmiah Jenjang Pendidikan Nama Institusi / Program Studi Tahu...

HANYA HITUNGAN JAM KAWASAN ELIT LOS ANGELES RATA DENGAN TANAH

Berita mengejutkan datang dari negeri Paman Sam Amerika Serikat tepatnya di kawasan elit Los Angeles Distrik Pacific Palisades, Negara Bagian California dilanda kebakaran sangat besar dan sulit dipadamkan (Selasa pagi, 7 Januari 2025). Angin Santa Ana yang sangat kuat dengan kecepatan hingga 129 km/jam terus menggila mendorong api melahap setiap bangunan dan sarana yang dilewatinya, ditambah kekeringan yang berkepanjangan serta rumah-rumah elit yang sebagian besar terbuat dari bahan kayu yang mudah terbakar menjadikan kebakaran kian menyebar dengan sangat cepat, bahkan para petugas kebakaran tidak mampu mengatasinya. Kebakaran hebat ini mengakibatkan Los Angeles rata dengan tanah, lebih dari 10.000 bangunan perumahan, fasilitas bisnis dan sarana lainnya bah hilang ditelan bumi. Dilansir di website Kompas.com dengan judul berita “Kebakaran Los Angeles Jadi Bencana Termahal di AS, Kerugian Sudah Mencapai Rp.2.121 Triliun” (11/01/2025), bahkan pada situs berita Sindonews.com menulis tajuk...

FIPH MENYELENGGARAKAN TALKSHOW “PEMBATASAN DISTRIBUSI BBM BERSUBSIDI, SIAPA YANG DIUNTUNGKAN?”

  Maraknya aksi penimbunan BBM, monopoli pembeliannya, permainan harga BBM bersubsidi, antrian panjang hingga berdampak pada konsumsi BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Kondisi seperti ini menimbulkan banyak keluhan masyarakat terhadap manajemen pendistribusian BBM bersubsidi. Disisi lain BBM bersubsidi yang seharusnya dirasakan langsung masyarakat miskin dengan   harga yang terjangkau tetapi fakta di lapangan menunjukan sebaliknya yaitu BBM bersubsidi malah dimonopoli oleh para pengecer dengan menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi agar dapat menampung BBM dalam jumlah besar. Para pengecer ini yang notabene tidak mempunyai izin usaha resmi terkait penjualan BBM bersubsidi terkesan kurang diawasi oleh pihak Pertamina maupun Kepolisian. Hal ini diduga ada permainan antara pihak SPBU dan para pengecer yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan kebutuhan masyarakat lain. Alhasil banyak Pertalite dalam bentuk botolan dijual bebas sepanjang jalan den...