Langsung ke konten utama

Episode ke 3 (Terakhir). MENELUSURI JEJAK MISTERI PANTAI WARUMI DI PULAU BATUATAS


Setelah berfoto ria di Batu Unik sebelumnya, kami melanjutkan perjalanan turun ke Pantai Warumi yang tidak jauh dengan batu tersebut. Kebetulan saat itu air laut lagi pasang sehingga hanya separuh saja pasir di pantai kami nikmati, menurut informasi dari La Mudi sebenarnya jikalau airnya surut akan kelihatan panjang kira-kira sampai 100 meter dari bibir pantai.

Keindahan lautnya yang masih terjaga dan belum tercemari oleh limbah sedikitpun sehingga kita bisa melihat dasar laut yang putih kebiru-biruan, serta pasirnya yang masih putih menandakan pantai ini belum dieksploitasi oleh kegiatan penambangan liar dan kerusakan alam akibat ulah manusia.

Kebetulan pada sore hari itu suasana udara tidak panas sehingga kami bisa melihat panorama alam yang natural dan menawan. Waktu sudah menunjukan pukul 17.30 Wita dan sang surya pun mulai tenggelam, melihat langit berselimut mega cahaya putih kemerah-merahan menambah indahnya Pantai Warumi maka kami tidak ingin menyia-nyiakan golden opportunity (kesempatan emas) ini, mengambil gambar di pasir putih dan bersih. Berfoto bersama Sang Mahatari yang sangat indah, inilah momen yang paling ditunggu-tunggu setelah kurang lebih 1 jam menuruni gunung, berpayah-payah dan melelahkan akhirnya terobati pula rasa capek dalam diri saat melihat wajah alam yang sangat mempesona, maka izinkanlah saya mengungkapkan perasaan ini pada alam itu “WONDERFULL AND BEAUTIFUL”.

Saya rasa keindahan alam yang menyimpan potensi luar biasa ini tidaklah boleh terlupakan oleh sentuhan dan perhatian dari segala pihak baik pemerintah, masyarakat ataupun pihak swasta agar segala sumber daya alam yang begitu indah harus menjadi nilai jual promosi di mata negara maupun dunia. Tuhan Maha Kuasa telah menciptakan Pulau Batuatas yang indah mestinya kita bisa manfaatkan untuk membuktikan kepada masyarakat dunia bahwa Batuatas dekat di hati dan sangat dicintai oleh masyarakat, keindahan alam yang jarang kita dapatkan di kota-kota besar maupun di pinggiran kota tidak akan menyamai keindahan alam yang ada di pulau ini, hanya saja manajemen pariwisata kita belum tertata dengan rapi sehingga potensi obyek wisata alam dan budaya belum menjadi daya tarik tersendiri untuk para pelancong baik domestik maupun mancanegara.

Melihat waktu semakin larut malam dan Matahari setengah tenggelam, maka kami harus bergegas pulang melewati tebing yang curam dan tinggi tadi, butuh tenaga ekstra dan nyali kuat untuk mendaki tebing itu, saya mulai berpikir “jikalau dibayangkan saat menuruni tebing sudah begitu melelahkan, maka akan lebih melelahkan pula saat mendaki tebing tersebut”. Mendaki tebing membuatku menguras banyak keringat, napas mulai keluar dari mulut sebagai tanda kelelahan, meski lelah tetapi tangan dan kaki harus mencengkram kuat tangga alam itu. Sekitar jam 6 lewat kami baru sampai di Gua Keramat menunjukan pendakian baru setelah jalan. Kondisi badan sudah sangat lelah akhirnya saya harus meminum tetesan air di gua tersebut agar terhindar dari dehidrasi akibat keringat yang semakin bercucuran, saat mencari pipet plastik kecil yang digunakan sebelumnya ternyata sudah hilang, akhirnya saya mengambil ranting daun pepaya dan dipatahkan supaya bisa minum lewat pipet alam, rasa getah ranting daun pepaya bercampur dinginnya air gua melekat di tenggorokanku.

Setelah minum dan beristrahat sejenak, maka kami melanjutkan pendakian yang sudah setengah jalan dilewati, disinilah keringat mulai mengalir kencang, napas semakin terengah-engah, otot tangan dan paha mulai capek, dan kaki terasa pegal. Inilah tantangan alam dan kami harus berusaha beradaptasi dengan kondisi alam agar bisa bertahan sampai ke puncak gunung. Terasa kondisi saya semakin kurang prima lagi, awalnya berjalan berdiri kini berjalan merangkak persis seperti “Cecak” yang berjalan menaiki tebing. Sedikit demi sedikit langkah kaki diayunkan, tangga demi tangga begitu bermakna saya rasakan karena semakin dekatnya desa tujuan, rasa lelah sering terhibur dengan saling menyemangati satu sama lain, tertawa, tersenyum dan rasa bahagia keluar dari dalam hati sebagai penawar rasa capek.

Akhirnya setelah lebih dari 30 menit melewati tebing itu, sampailah di puncak gunung desa tujuan, maka kami mulai berjalan kaki seperti biasanya. Tidak lama berselang tenggorokan mulai terasa kering dan kami putuskan mencari air kemasan (aqua) di warung-warung terdekat, Alhamdulillah ditemukan dan langsung diminum, terbayang pendakian yang menguras tenaga dan keindahan alam yang sangat menawan tidaklah menjadikan diri kapok untuk menelusuri pantai yang masih jarang didatangi oleh warga.

Setelah beberapa menit istrahat kami melanjutkan perjalanan mendaki kembali Kathoba Mambulu sambil membawa senter yang bisa menyalah/bersinar jikalau dilekatkan besi berani karena tombol On Off-Nya tidak lagi berfungsi. Mendaki dan mendaki adalah pekerjaan yang harus dilakukan, sekitar 15 menit kemudian sampailah kami di Baruga Buki tempat sepeda motor diparkir.

Inilah kisah perjalanan “MENELUSURI JEJAK MISTERI PANTAI WARUMI DI PULAU BATUATAS”. Semoga dapat bermanfaat untuk menggali potensi obyek wisata alam di pulau ini dan yang berguna sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Terima Kasih. Wassalam..!
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROFIL DARMIN HASIRUN

  CURRICULUM VITAE     CURRICULUM VITAE   Nama Lengkap   Darmin Hasirun, S.Sos., M.Si . Tempat Tanggal Lahir   Bone-Bone, 10 Juli 1985 Jenis Kelamin   Laki-Laki (L) Pekerjaan   Dosen Agama   Islam Alamat   Lorong Hatibi, Kelurahan Tanganapada, Kecamatan Murhum Kota Baubau , Provinsi Sulawesi Tenggara . Hobi   Membaca, Meneliti, Menulis, Mengajar, Traveling dan dan Diskusi Alamat Email (Pribadi)           darmin.hasirun@gmail.com Kontak Person   0852 1370 8268   Riwayat Pendidikan dan Karya Ilmiah Jenjang Pendidikan Nama Institusi / Program Studi Tahu...

HANYA HITUNGAN JAM KAWASAN ELIT LOS ANGELES RATA DENGAN TANAH

Berita mengejutkan datang dari negeri Paman Sam Amerika Serikat tepatnya di kawasan elit Los Angeles Distrik Pacific Palisades, Negara Bagian California dilanda kebakaran sangat besar dan sulit dipadamkan (Selasa pagi, 7 Januari 2025). Angin Santa Ana yang sangat kuat dengan kecepatan hingga 129 km/jam terus menggila mendorong api melahap setiap bangunan dan sarana yang dilewatinya, ditambah kekeringan yang berkepanjangan serta rumah-rumah elit yang sebagian besar terbuat dari bahan kayu yang mudah terbakar menjadikan kebakaran kian menyebar dengan sangat cepat, bahkan para petugas kebakaran tidak mampu mengatasinya. Kebakaran hebat ini mengakibatkan Los Angeles rata dengan tanah, lebih dari 10.000 bangunan perumahan, fasilitas bisnis dan sarana lainnya bah hilang ditelan bumi. Dilansir di website Kompas.com dengan judul berita “Kebakaran Los Angeles Jadi Bencana Termahal di AS, Kerugian Sudah Mencapai Rp.2.121 Triliun” (11/01/2025), bahkan pada situs berita Sindonews.com menulis tajuk...

FIPH MENYELENGGARAKAN TALKSHOW “PEMBATASAN DISTRIBUSI BBM BERSUBSIDI, SIAPA YANG DIUNTUNGKAN?”

  Maraknya aksi penimbunan BBM, monopoli pembeliannya, permainan harga BBM bersubsidi, antrian panjang hingga berdampak pada konsumsi BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Kondisi seperti ini menimbulkan banyak keluhan masyarakat terhadap manajemen pendistribusian BBM bersubsidi. Disisi lain BBM bersubsidi yang seharusnya dirasakan langsung masyarakat miskin dengan   harga yang terjangkau tetapi fakta di lapangan menunjukan sebaliknya yaitu BBM bersubsidi malah dimonopoli oleh para pengecer dengan menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi agar dapat menampung BBM dalam jumlah besar. Para pengecer ini yang notabene tidak mempunyai izin usaha resmi terkait penjualan BBM bersubsidi terkesan kurang diawasi oleh pihak Pertamina maupun Kepolisian. Hal ini diduga ada permainan antara pihak SPBU dan para pengecer yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan kebutuhan masyarakat lain. Alhasil banyak Pertalite dalam bentuk botolan dijual bebas sepanjang jalan den...