Dalam
Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA), psikologi pemilih terbagi atas 3 (tiga)
kategori yaitu PEMILIH RASIONAL, PEMILIH EMOSIONAL dan PEMILIH GALAU. Karakter
pemilih RASIONAL dan EMOSIONAL kadang menimbulkan kontradiktif/ pertentangan
pandangan atau pendapat satu dengan yang lain hingga menimbulkan perdebatan,
pertengkaran bahkan konflik fisik, sedangkan PEMILIH GALAU masih bingung atau malas
tahu dengan calon kepala daerahnya.
Kriteria
PEMILIH RASIONAL, memilih calon kepala daerah karena:
a.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan calon KADA (Kepala
Daerah).
b.
Visi
misi yang ditawarkan kepada rakyat.
c.
Program
kerja calon KADA.
d.
Strategi mengentaskan permasalahan daerah.
e.
Pemberian pencerahan, ide-ide kreatif dan inovatif.
f.
Gaya pemimpin yang demokratis dan rasional dalam
memecahkan masalah daerah
g.
Prestasi calon KADA.
Pemilih rasional cenderung menentukan pilihannya pada
aspek rasionalitas program kerja yang lebih menyentuh pada kepentingan rakyat
setempat, selalu menimbang kemampuan calon kepala daerah terhadap upaya
menyelesaikan masalah daerah, memandang kemaslahatan publik artinya lebih
mementingkan kepentingan rakyat ketimbang kepentingan diri atau golongannya.
Pemilih jenis ini memiliki khas yang tidak begitu mementingkan ikatan ideologi
kepada Calon Kepala Daerah, dan memiliki orientasi tinggi pada ”policy problem solving” yaitu kebijakan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh daerah dan rakyatnya. Hal
terpenting bagi pemilih jenis ini adalah apa yang bisa dan yang telah dilakukan
oleh calon KADA untuk daerah maupun rakyat. Faktor asal usul, nilai
tradisional, budaya, agama dan psikologi memang dipertimbangkan juga tetapi
bukan hal yang signifikan. Pemilih jenis ini ibarat memilih jodoh yang penting
kualitas kepribadiannya, siapapun dan darimanapun selama sama pandangan hidup
maka cintanya akan berlabuh”.
PEMILIH
EMOSIONAL biasa pula disebut PEMILIH TRADISIONAL cenderung memilih berdasarkan:
a. Kedekatan
ikatan solidaritas lokal/pertemanan/perkoncoan.
b. Tempat
tinggal/domisili
c.
Kelompok etnis/suku,
d.
Keturunan pasangan calon/kekeluargaan,
e.
Agama/aliran kepercayaan,
f.
Latar belakang organisasi Partai, LSM, dan organisasi lainnya.
Pemilih
emosional/tradisional cenderung terikat oleh nilai-nilai primordialisme
(kesukuan/etnis) yang tidak akan memilih diluar dari sukunya, bahkan menganggap
”suku/etnisnya adalah harga mati”, suka membangga-banggakan figur yang disukai
secara berlebih-lebihan hingga tercipta jiwa-jiwa fanatik, selalu memandang
kepentingan pribadinya maupun golongannya. Memiliki orientasi ideologi yang
sangat tinggi, dan tidak terlalu melihat kebijakan calon kepala daerah sebagai
sesuatu yang penting dalam pengambilan keputusan penyelesaian masalah daerah
dan rakyat, pemilih emosional sangat mengutamakan kedekatan sosial, budaya,
asal usul, paham dan agama. Kebijakan seperti yang berhubungan dengan masalah
ekonomi, kesejahteraan, pendidikan dan lain-lain, dianggapnya sebagai prioritas
kedua. Pemilih jenis ini sangat mudah dimobilisasi selama masa kampanye,
memiliki loyalist yang sangat tinggi. Mereka menganggap apa saja yang dikatakan
oleh seorang Calon Kepala Daerah merupakan suatu kebenaran yang tidak bisa
ditawar lagi. Loyalitas tinggi merupakan salah satu ciri yang paling kelihatan
bagi pemilih jenis ini. Pemilih jenis ini ibarat memilih jodohnya pada satu
suku, golongan bahkan keturunannya, dia menganggap diluar dari mereka kurang
dipercaya karena beda budaya”. Ada anggapan masih lebih baik memilih jodoh karena
agama dibandingkan suku atau keturunannya.
PEMILIH
GALAU atau biasa disebut GOLONGAN PUTIH (GOLPUT), cenderung tidak menggunakan
hak pilihnya dalam PILKADA, hal ini disebabkan karena tidak adanya kepercayaan
kepada calon KADA dalam melakukan perubahan untuk daerah dan rakyat, pesimis
dengan kondisi daerah dan rakyat, mereka berkeyakinan siapapun yang menang
dalam pemilihan KADA tidak akan berarti bagi daerah dan rakyat, tidak
memperdulikan program kerja, platform dan kebijakan calon kepala daerah, selalu
skeptis memandang kebijakan atau program kerja yang ditawarkan oleh calon KADA,
pemilih jenis ini ibarat ”pemuda takut jatuh cinta, karena trauma putus cinta
atau dicampakan oleh kekasihnya”. Bisa jadi ”JOMBLO SEUMUR HIDUP” dong..?!.
Renungan:
Siapapun
jodoh anda, harus bisa amanah, menafkahi keluarga dan bertanggung jawab dunia
akhirat.
Siapapun
kepala daerah anda, harus bisa amanah, mensejahterakan rakyat, dan bertanggung
jawab dunia akhirat.
Komentar
Posting Komentar