Pada
hari jum’at saya jalan-jalan ke salah satu sekolah dasar di Desa Taduasa (MIS
Al-Ikhlas) untuk melihat kegiatan siswa/siswi yang menimbah ilmu dari
guru-gurunya. Hari yang cukup pendek untuk bersama-sama dengan calon-calon
generasi penerus bangsa.
Di
usia yang masih anak-anak terlihat banyak diisi dengan berbagai macam permainan
dan pelajaran yang asyik dan menyenangkan. Anak-anak yang hidup dengan
keceriaan, canda tawa, dan penuh warna kehidupan, terkesan tidak ada beban
dengan kehidupan mereka, seperti inilah kehidupan anak-anak usia sekolah dasar
pada umumnya. Disaat proses belajar mengajar terlihat adanya guru yang
memberikan pengajaran dengan tekun, disiplin dan interaktif dengan siswa/siswi
didiknya masing-masing. Bagi saya, anak-anak usia SD haruslah memberikan materi
yang berimbang antara pelajaran yang menyenangkan dan permainan edukatif.
Aktivitas
mengajar yang ada di sekolah ini memberikan kesan bahwa mengajari anak berbeda
dengan mengajari mahasiswa di Perguruan Tinggi. Kalau mahasiswa diajari dengan
materi yang cukup serius, penelitian dan pembuatan laporan sedangkan mengajari
siswa dengan pelajaran yang ringan, menyenangkan dan permainan yang dapat
memberikan stimulus yang baik pada usianya.
Ada
yang cukup berbeda antara anak-anak yang bersekolah di kota dan desa. Kalau di
kota nampak jelas baju seragam yang rapi, bersih, putih, topi yang terlihat
masih baru, sepatu dan kaos kaki yang keren serta tas-tas yang cukup mahal.
Tetapi di anak-anak sekolah di desa ini berbeda, ada siswa yang tidak memakai
kaos kaki, sepatu sudah terlihat lusuh dan sobek, tali sepatu sudah mulai
renggang, baju warna putih sudah mulai berubah agak kecoklatan, celana warna
merah mulai sobek hanya di jahit apa adanya untuk menutupi lobang yang sobek
tersebut dan menempel noda-noda dibagian pinggir, belakang dan depannya serta
tas yang sudah rusak resletingnya dan sobek di bagian depan dan sampingnya.
Kondisi
di atas tidaklah menyurutkan mereka untuk belajar dengan baik bahkan di kelas
1-2 sudah banyak menghafal ayat-ayat pendek Alquran, selalu mempunyai nilai
yang sangat baik pada mata pelajaran matematika, dalam pemikiran saya jikalau
mereka diajari dengan baik dan didukung oleh lingkungan keluarga yang peduli
dengan pendidikan maka prestasi mereka akan sama pula dengan prestasi anak-anak
yang tinggal di kota bahkan jauh lebih baik (SAYA YAKIN), meski masih ada anak
yang belum pintar membaca hal ini salah satunya dikarenakan kondisi lingkungan
anak yang belum mendukung sepenuhnya dalam meningkatkan konsentrasi belajar
mereka, bagaimana tidak..! sebelum mereka ke sekolah harus turun dulu di laut
untuk mandi setelah itu pulang ke rumah sepul badannya dengan air tadah hujan
atau air sumur yang diambil dari desa Batuatas Timur dengan jarak sekitar 1
kilometer lebih menggunakan gerobak air, air hujan di desa ini sangatlah
berharga karena dengan air ini mereka bisa memasak dan minum dengan
secukupnya.
Pulang
sekolah tidak langsung membuka buka buku pelajarannya karena setelah makan
mereka harus membantu orang tuanya pergi ke kebun atau turun ke laut untuk
menangkap ikan/ jual ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, kegiatan
ini dilakukan sampai menjelang malam.
Tiba
malam mereka sudah terlihat capek karena seharian memeras tenaga ke sekolah dan
membantu orang tua. Untuk membuka buku tulisannya tidaklah lama/sebentar saja,
tidak ada buku pelajaran yang mereka pegang untuk dibaca sehingga cukup
mengandalkan catatan yang diberikan oleh guru-guru di sekolah karena buku-buku
pelajaran hanya ada di sekolah saja, dan tidak ada mesin fotocopi untuk
memperbanyak buku materi pelajaran yang ada. Kondisi yang cukup memprihatinkan
meski tidak terlihat pada wajah-wajah mereka kesedihan karena kemiskinan. Tetaplah
semangat anak-anak, saya yakin kalian adalah generasi pengubah nasib negeri ini
khususnya daerah Batuatas.
Kondisi
sekolah yang berdekatan dengan laut memberikan efek tersendiri yaitu suasana
yang menyenangkan, alamiah, tanpa dikelilingi oleh tembok-tembok yang terkesan
memenjarakan para siswa/siswa untuk belajar dari pagi sampai siang, hempasan
angin dijadikan sebagai AC (Air Condisioner) Alami buatan Tuhan Yang Maha Esa.
Indahnya lautan biru yang luas menjadikan terapi keriangan dan dapat mengurangi
stres pada anak.
Saat
teriknya panas matahari yang kurang bersahabat tidaklah menyurutkan mereka
untuk belajar di sekolah, bersama-sama dengan teman-temannya berjalan kaki,
betapa bahagia dan semangatnya mereka. Inilah anak-anak yang paham akan
pentingnya pendidikan meski mereka belum bisa mengungkapkan dan
mengartikulasikan dengan baik bahwa pendidikan adalah agen perubahan jembatan
menuju masyarakat yang maju dan bertaqwa.
Pembaca
yang budiman, pengalaman saya di atas merupakan satu pelajaran yang sangat
bernilai bahwa KEKURANGAN HARTA JANGANLAH MENGURANGI ILMU ANDA, ANDA BOLEH
MISKIN MATERI TETAPI HARUS KAYA DENGAN ILMU PENGETAHUAN, KARENA DENGAN ILMU
AKAN MENGUBAH MASA DEPAN KE ARAH YANG LEBIH BAIK DAN SUPER..!
Komentar
Posting Komentar