Langsung ke konten utama

DEMOKRASI TAK BERTUAN *Darmin Hasirun*



Hidup di alam kebebasan merupakan impian manusia, sama halnya dengan Teori Maslow tentang tingkatan kebutuhan Manusia, menempatkan aktualisasi diri atau kebebasan akan kebutuhan kreatif, dan realisasi diri pada tingkat yang paling tinggi.

Di era demokrasi ini, kebutuhan hidup bebas merupakan salah satu prasyarat agar rakyat dapat berdaulat dan berdaya dalam segala bidang, oleh karena itu, Negara Indonesia harus melakukan filter terhadap kebudayaan yang mengatasnamakan kebebasan tersebut.

Dalam Pancasila terdapat Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang merupakan simbol keyakinan kita akan keagungan, kebesaran, dan kasih sayang TUHAN terhadap semua mahluk. Disinilah dasar-dasar sistem demokrasi negara indonesia disusun agar menjamin kebebasan dalam menyelenggaran pemerintahan yang bertanggung jawab hingga lahirlah istilah Demokrasi Pancasila.

Penerapan Demokrasi Pancasila ini seakan hanya menjadi simbol negara tanpa aplikasi yang nyata. Bagaimana tidak, pada saat musim politik pemilihan kepala daerah banyak rakyat saling bertengkar, konflik dan permusuhan satu dengan yang lain hanya karena beda pilihan, seakan pilihan mereka dikultuskan untuk menjadi yang terbaik tanpa cacat, cela dan dosa. Begipula dengan perilaku para pejabat (oknum) yang senang mempermainkan aturan negara, hingga bongkar pasang aturan demi meraih kepentingan sesaat, hasrat kekuasaan untuk menjaga status qou menjadi motivasi di balik perilaku mereka, para intelektual terlibat sebagai tim pemenangan salah satu calon hingga idealisme tergadai ambisi kekuasaan, para tokoh saling bertentangan karena keegoannya ingin dipuji, dan dipuja hingga namanya melambung setinggi angkasa, akhirnya demokrasi Pancasila yang diagungkan selama ini hanya menjadi simbol kenegaraan tanpa aplikasi.

Demokrasi tak bertuan merupakan makna dari sistem demokrasi yang diterapkan dalam negara seakan kehilangan aturan yang telah ditetapkan oleh negara bahkan Tuhannya. Dapat pula diartikan dengan demokrasi kebablasan tanpa wasit. Wasit yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah pemerintah dan tokoh panutan.

Penulis berpendapat jikalau pemerintah sudah kebablasan dan tidak lagi mempersatukan rakyat, maka seharusnya ada tokoh panutan yang bisa dijadikan sandaran untuk menyatukan segala perbedaan. Tetapi fakta berbicara lain, pemerintah asyik dengan kedudukannya hingga rakyat terlihat samar-samar bagai bayang-bayang, para tokohnyapun asyik bermain kata-kata dan debat sana sini hanya untuk menunjukan kehebatan dirinya.

Mereka itulah yang seharusnya menjaga marwah sendi-sendi bernegara bahkan etika bernegara. Fakta yang terjadi malah mereka sendiri yang melakukan pelanggaran aturan (korupsi, kolusi, nepotisme, drama perkelahian antara pejabat dalam sidang dan arogansi kekuasaan), memang tidak semua pejabat melakukan pelanggaran aturan, tetapi tidak sedikit juga pejabat yang suka bermain mata antara pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif (Perkoncoan) untuk memuluskan kepentingan/ ambisi mereka dalam meraih tujuan yang inginkan.

Begitupula dengan rakyat, terlihat rakyat belum siap berdemokrasi, indikasi ini tercermin dari bebasnya rakyat bermain tanpa ada batasan etika dan moral layaknya pemain bola dengan seenaknya mempermainkan bola tanpa mengindahkan rambu-rambu yang ada, para wasit seakan ikut menjadi bagian dari supporter untuk memasukan bola di gawang lawan, hasilnya bola masuk dalam gawang lawan (tujuan benar, tetapi prosesnya yang salah).

Janganlah Hawa Nafsu menjadi TUHAN untuk mendapatkan tujuan hingga dapat menghalalkan segala cara demi meraihnya, karena orang-orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai TUHAN, mereka hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat dari binatang ternak (nauzubillah minzalik)

Mari kita kembali kepada NILAI-NILAI AGAMA dan NILAI-NILAI ADAT luhur dan murni yang telah lama berkembang sebelum bangsa Indonesia MERDEKA demi kejayaan BANGSA DAN NEGARA KITA INDONESIA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROFIL DARMIN HASIRUN

  CURRICULUM VITAE     CURRICULUM VITAE   Nama Lengkap   Darmin Hasirun, S.Sos., M.Si . Tempat Tanggal Lahir   Bone-Bone, 10 Juli 1985 Jenis Kelamin   Laki-Laki (L) Pekerjaan   Dosen Agama   Islam Alamat   Lorong Hatibi, Kelurahan Tanganapada, Kecamatan Murhum Kota Baubau , Provinsi Sulawesi Tenggara . Hobi   Membaca, Meneliti, Menulis, Mengajar, Traveling dan dan Diskusi Alamat Email (Pribadi)           darmin.hasirun@gmail.com Kontak Person   0852 1370 8268   Riwayat Pendidikan dan Karya Ilmiah Jenjang Pendidikan Nama Institusi / Program Studi Tahu...

HANYA HITUNGAN JAM KAWASAN ELIT LOS ANGELES RATA DENGAN TANAH

Berita mengejutkan datang dari negeri Paman Sam Amerika Serikat tepatnya di kawasan elit Los Angeles Distrik Pacific Palisades, Negara Bagian California dilanda kebakaran sangat besar dan sulit dipadamkan (Selasa pagi, 7 Januari 2025). Angin Santa Ana yang sangat kuat dengan kecepatan hingga 129 km/jam terus menggila mendorong api melahap setiap bangunan dan sarana yang dilewatinya, ditambah kekeringan yang berkepanjangan serta rumah-rumah elit yang sebagian besar terbuat dari bahan kayu yang mudah terbakar menjadikan kebakaran kian menyebar dengan sangat cepat, bahkan para petugas kebakaran tidak mampu mengatasinya. Kebakaran hebat ini mengakibatkan Los Angeles rata dengan tanah, lebih dari 10.000 bangunan perumahan, fasilitas bisnis dan sarana lainnya bah hilang ditelan bumi. Dilansir di website Kompas.com dengan judul berita “Kebakaran Los Angeles Jadi Bencana Termahal di AS, Kerugian Sudah Mencapai Rp.2.121 Triliun” (11/01/2025), bahkan pada situs berita Sindonews.com menulis tajuk...

FIPH MENYELENGGARAKAN TALKSHOW “PEMBATASAN DISTRIBUSI BBM BERSUBSIDI, SIAPA YANG DIUNTUNGKAN?”

  Maraknya aksi penimbunan BBM, monopoli pembeliannya, permainan harga BBM bersubsidi, antrian panjang hingga berdampak pada konsumsi BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Kondisi seperti ini menimbulkan banyak keluhan masyarakat terhadap manajemen pendistribusian BBM bersubsidi. Disisi lain BBM bersubsidi yang seharusnya dirasakan langsung masyarakat miskin dengan   harga yang terjangkau tetapi fakta di lapangan menunjukan sebaliknya yaitu BBM bersubsidi malah dimonopoli oleh para pengecer dengan menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi agar dapat menampung BBM dalam jumlah besar. Para pengecer ini yang notabene tidak mempunyai izin usaha resmi terkait penjualan BBM bersubsidi terkesan kurang diawasi oleh pihak Pertamina maupun Kepolisian. Hal ini diduga ada permainan antara pihak SPBU dan para pengecer yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan kebutuhan masyarakat lain. Alhasil banyak Pertalite dalam bentuk botolan dijual bebas sepanjang jalan den...