Sebelum
melanjutkan bacaan ini, terlebih dahulu saya mengucapkan permintaan maaf
jikalau ada kata-kata yang kurang berkenang di hati dan pikiran para simpatisan
pasangan calon karena saya tahu betul kondisi yang semakin memanas menjadikan
isu-isu yang ada mudah tersinggung dan marah. Analisis ini dibuat dengan
membahas potensi kekuatan dan kelemahan tiap-tiap pasangan calon kepala daerah
yang bertujuan untuk memberikan pelajaran bahwa tidak ada satu pasangan
calonpun yang sempurna, mereka seperti halnya manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan ataupun kebaikan, oleh karena itu memilih pasangan calon yang
tepat adalah tugas pemilih dalam menentukan masa depan daerah.
Setelah
dibukanya pendaftaran calon kepala daerah Kabupaten Buton Selatan, nampak ramai
pasangan bakal calon, tim sukses dan relawannya berbondong-bondong menuju
kantor KPUD, adapun pasangan yang telah mendaftarkan diri adalah:
1.
Pasangan
Sattar-Welson (SW) yang didukung oleh Partai Amanat Nasional (PAN) sebanyak 5
kursi.
2.
Pasangan
Agus Feisal Hidayat-La Ode Arusani (ASLI) didukung oleh partai PDIP 1 kursi,
Demokrat 2 kursi, PKS 2 kursi, dan Golkar 1 kursi.
3.
Pasangan
Muhammad Faisal-Wa Ode Hasniwati diusung oleh partai Nasdem 2 kursi, Gerindra 1
kursi, PKB 1 kursi, PBB 1 kursi, PKPI 1 kursi, dan Hanura 2 kursi, sedangkan
PPP masih polemik antara kubu Agus-Arusani (ASLI) dan kubu Faisal-Hasniwati
yang dimungkinan tidak akan diterima sebagai partai pengusung karena
undang-undang mewajibkan dukungan satu partai satu pasangan calon.
4.
Pasangan
Agus Salim Mbaeda-La Ode Agus yang telah resmi mendaftarkan diri melalui jalur
independen, sementara ini berkas-berkasnya masih diadakan verifikasi penelitian
dokumen pencalonannya sampai tanggal 29 September 2016.
Jikalau
keempat pasangan calon di atas, ditetapkan sebagai calon resmi dalam kompetisi
pemilihan kepala daerah Kabupaten Buton Selatan Periode 2017-2022, maka
permainan akan semakin seru khususnya pasangan calon yang melalui jalur partai
politik. Hal ini sebabkan masing-masing kubu mempunyai kelebihan dan kelemahan
masing-masing, kekuatan kubu satu kadang tidak dimiliki oleh kubu lain,
disamping itu sepak terjang para pemainnya patut diacungi jempol karena adanya
“the man behind the competition”
artinya ada seseorang dibalik kompetisi yang menguatkan posisi mereka
masing-masing.
Untuk
lebih jelasnya saya menjelaskan satu persatu kubu yang akan berkompetisi
memenangkan kursi nomor satu di Busel.
1.
Pasangan
Sattar-Welson (SW)
Kekuatannya terdapat pada dukungan penuh
Umar Samiun (Bupati Kab.Buton) dengan menjadikan dirinya sebagai ketua tim
pemenangan, beliau dijadikan sebagai kekuatan karena jiwa petarungnya yang siap
tempur, berpengalaman dalam merancang pemenangan dan membuat peta konflik dalam
situasi tertentu, bahkan strategi beliau sangat diperhitungkan dalam memecah
belah beberapa kubu dan mengambil keuntungan dari perpecahan tersebut.
Keaktifan tim sukses dalam membentuk relawan-relawan di tingkat kecamatan, hal
ini dibuktinya diantara beberapa pasangan calon, pasangan inilah yang paling
banyak melaksanakan acara / kegiatan pembentukan relawan di tingkat kecamatan.
Disamping itu Welson merupakan penduduk asli Kabupaten Buton Selatan khususnya
di Kecamatan Lapandewa menjadikan wilayah ini sebagai basis militan Welson, Sattar
sebagai mantan pimpinan di beberapa instansi Kabupaten Buton bukanlah hal asing
bagi sebagian penduduk di wilayah Buton Selatan terutama kalangan pegawai.
Kelemahannya terdapat pada dukungan partai
yang relatif sedikit dibandingkan dua pasangan calon lainnya, pasangan ini
hanya memperoleh partai PAN sebanyak 5 kursi. Kurangnya dukungan kekuatan
birokrasi dalam memuluskan rencana merebut suara rakyat, hasil survey dari
indobarometer menempatkan pasangan ini sebagai urutan bawah setelah pasangan Muhammad
Faisal-Wa Ode Hasniwati dan pasangan Agus Feisal Hidayat-La Ode Arusani (ASLI),
prestasi yang masih kurang dipublikasikan kepada publik menimbulkan keraguan
sebagian masyarakat, imej partai PAN pasca pemekaran Busel yang kurang diterima
oleh sebagian kalangan masyarakat khususnya para aktivis pemekaran Busel
sebagai partai yang akan membawa perubahan untuk daerah.
2.
Pasangan
Agus Feisal Hidayat-La Ode Arusani (ASLI)
Kekuatannya terdapat pada dukungan partai
yang relatif banyak 4 parpol atau 6 kursi secara otomatis akan berjuang full
memenangkan beliau dalam menggalang dukungan rakyat, pengalaman Agus Feisal
Hidayat sebagai calon kepala daerah di beberapa tempat (Kota Baubau dan
Kabupaten Buton) menjadikan dirinya semakin matang dalam mengevaluasi/ menilai
segala yang menguntungkan dan merugikan dirinya, sikap Agus Feisal yang dikenal
baik dan bersahabat oleh masyarakat semakin mendekatkan dirinya kepada
masyarakat, adanya pendukung militan hasil perjuangan dan pengabdiannya selama
lebih dari 10 tahun sejak ayahnya memimpin Kabupaten Buton, dikenal sebagai
salah satu tokoh pemekaran Buton Selatan meskipun beliau tidak nampak melakukan
pergerakan tetapi bekingan dan pendanaan kepada para aktivis pemekaran
menjadikan dirinya diperhitungkan sebagai calon kuat dalam melakukan
manuver-manuver di lapangan, beliau mendapatkan dukungan penuh dari ayahnya Syafei
Kahar (mantan Bupati Kabupaten Buton 2 periode) menambah kekuatan untuk menggalang
massa dari akar rumput. La Ode Arusani sebagai mantan anggota DPRD Busel telah
membuktikan bahwa beliau mempunyai jumlah peminat yang tidak sedikit, pasangan
ini terbilang masih muda sehingga bisa jadi pemilih kalangan muda lebih banyak
menaruh perhatian kepada mereka.
Kelemahannya yaitu sebagian penduduk Busel
masih meragukannya sebagai salah satu tokoh pemekaran Busel halnya ini sebabkan
beliau tidak secara langsung menampakan dirinya sebagai tokoh pergerakan
sehingga ada anggapan bahwa isu itu hanya untuk mendapatkan simpati dari
masyarakat, beliau yang terkenal sebagai politikus dan pengusaha muda belum
mempunyai konsep yang jelas tentang arah pembangunan selama lima tahun kedepan
sementara banyak pula jumlah pemilih rasional yang menentukan pilihannya pada
program kerja kreatif dan inovatif untuk rakyat yang akan direalisasikan
jikalau menjadi kepala daerah.
3.
Pasangan
Muhammad Faisal-Wa Ode Hasniwati
Kekuatannya pada dukungan partai yang
banyak, jumlah partai politik sebanyak 6 (enam) partai atau 8 kursi, situasi
ini diprediksi akan memperkuat posisinya sebagai calon kepala daerah yang siap
tempur dan siap menang, memang harus diakui bahwa pasangan ini sudah dua kali
mendapatkan urutan posisi puncak, Pertama hasil survey Indobarometer
menempatkan mereka sebagai pasangan yang paling tinggi elektabilitasnya artinya
dukungan masyarakat terhadap beliau terbukti menurut survey telah mendapatkan
simpati dari masyarakat Buton Selatan, Kedua mendapatkan dukungan partai
terbanyak yaitu 8 kursi partai politik lebih banyak dibandingkan pasangan
lainnya, Dunia birokrasi yang telah dijalani Faisal selama lebih dari 10 tahun menjadikan
dirinya memahami tentang penataan birokrasi dalam meningkatkan kinerja
pemerintah, beberapa kali melakukan terobosan ide dan tindakan artinya ada
terobosan yang masih berupa ide atau gagasan dan ada pula yang terealisasi, minimal
ada upaya menuju kearah yang dicita-citakan. Disamping itu beliau (Faisal) yang
telah lama berprofesi sebagai dosen pengajar pada salah satu perguruan tinggi
menjadikan konsep pembangunannya lebih unggul dibandingkan dengan pasangan yang
lain, hal ini bisa kita lihat dari beberapa pasangan calon yang ada, beliau
nampak mempunyai rencana pembangunan yang baik meskipun masih menimbulkan
perdebatan dikalangan masyarakat utamanya pasangan yang berseberangan dengan mereka,
kekuatan birokrasi diduga kuat masih menjadi barisan pendukung pasangan ini,
maka mereka semakin kuat melenggang pada kursi kekuasaan nomor 1 di Busel.
Kelemahannya pasangan ini pada konsep
pembangunan yang masih menjadi tanda tanya tentang realisasi program kerja
sehingga sebagian kalangan masyarakat menganggap bahwa ide-ide pembangunan
tersebut hanya janji saja saat beliau mencalonkan diri di Busel, imej tentang
pencitraan diri masih menjadi sesuatu yang traumatis karena pengalaman
menunjukan kebanyakan para calon suka menebar pesona dengan selalu blusukan
atau menjanjikan pembangunan di daerah tersebut saat mencalonkan diri meskipun
para pendukungnya masih menganggap wajar-wajar saja selagi mempunyai komitmen
membangun daerah, masa jabatan beliau menjadi Penjabat Bupati Busel hanya 1
tahun sehingga berakibat tidak bisa menyelesaikan secara tuntas ide-ide
tersebut, masalah yang ditinggalkan selama menjabat sebagai PJ menjadikan cela
bagi kubu lain untuk menyerang pasangan ini sebagai kelemahannya dalam pemimpin
daerah misalnya masalah Hutan Jati di Kecamatan Sampolawa dan lain sebagainya.
4.
Pasangan
Agus Salim Mbaeda-La Ode Agus
Kelebihannya beliau keturunan asli warga
Busel jadi jikalau pasangan ini bertarung hanya ada dua potensi yang menjadi
kekuatannya yaitu dukungan masyarakat atau sebagai pemecah suara dalam Pilkada.
Kedua pasangannya ini masih relatif muda maka wajarlah mereka menggunakan
slogan “maju koo ana muda” yang
bertujuan untuk menjaring suara di kalangan muda.
Kelemahannya ada keraguan dari pasangan
ini untuk melanjutkan perjuangannya dalam perhelatan politik Pilkada Busel
karena terlihat semakin hari semakin berkurangnya publikasi dibandingkan saat
sebelum mendaftarkan diri di KPUD artinya ada tanda-tanda redupnya kekuatan
pasangan ini, bahkan banyak yang memprediksi mereka tidak akan lolos
persyaratan yang berpotensi melakukan koalisi/bergabung dengan salah satu pasangan
calon.
Dari pasangan
bakal calon pada nomor urut 1, 2, dan 3 di atas, ternyata mempunyai kesamaan
yang hampir mirip yaitu sama-sama mempunyai 02 / wakil yang lahir di Buton
Selatan artinya isu putra daerah (biologis) yang dihembuskan selama ini akan
terdistribusi pada ketiga pasangan calon di atas, disamping itu mereka
sama-sama mempunyai kekuatan finansial yang siap digunakan untuk pemenangan
dalam Pilkada kedepannya.
Catatan penting
bagi Sattar dan Muhammad Faisal, mereka berdua dikenal oleh publik sebagai
keluarga dekat, menurut analisis saya jikalau kedua pasangan ini saling berlawanan,
maka kekuatannya akan terkuras dan berkurang, pertimbangannya adalah pada
dasarnya kekuatan politik salah satunya terletak pada keluarga, jikalau
keluarga retak maka berpotensi mengurangi dan menghancurkan rencana, tetapi
kalau keluarga bersatu maka kemungkinan besar akan berpeluang besar untuk
menang. Situasi ini bisa jadi dimanfaatkan oleh lawan politik lain yaitu
pasangan Agus Feisal Hidayat-La Ode Arusani (ASLI), filosofinya seperti kayu
bakar (api) lawan kayu bakar (api) maka hasilnya akan menjadi arang, ketika
kedua benda ini menjadi arang, maka secara otomatis yang menang adalah netral
(poros tengah).
Kekuatan birokrasi
secara hukum administratif (perundang-undangan) dilarang terlibat langsung
dalam politik baik sebagai anggota partai politik maupun tim sukses salah satu
pasangan calon kepala daerah atau biasa disebut netralitas Aparatur Negeri
Sipil, tetapi secara politik para pegawai masih mempunyai hak memberikan suara
artinya mereka berkesempatan mempengaruhi keluarganya bahkan lingkungannya
untuk memilih salah satu pasangan calon kepala daerah. Jikalau kita melihat
pada peta politik yang ada memang diprediksi sebagian besar suara PNS akan
cenderung mengarah ke pasangan Muhammad Faisal-Wa Ode Hasniwati, kekuatan ini
akan semakin besar jikalau pegawai asli daerah Busel (Putra Daerah) diberikan
peluang besar menduduki jabatan penting di daerahnya, tetapi jikalau hasilnya
sebaliknya maka akan mengecewakan sebagian masyarakat Busel, disinilah peluang pasangan
Agus Feisal Hidayat-La Ode Arusani (ASLI) dan pasangan Sattar-Welson (SW) dapat
mempengaruhi para pegawai yang belum diberikan jabatan agar bersandar/berlabuh
pada tim mereka, tentu janji dan deal-deal jabatan akan menjadi kesepakatan.
Pertanyaannya,
dari kelebihan dan kelemahan yang telah dipaparkan, siapakah yang paling kuat menjadi
pemenang dalam Pilkada Buton Selatan tahun 2017 nanti? Jawabannya di hati saja alias
rahasia karena pertimbangan tiga faktor yaitu pertama faktor epsilon yang tidak
dimasukan dalam analisis ini seperti bakal calon lain yang tidak lolos pintu, faktor
kedua saya tidak ingin mendahului nasib mereka dan faktor ketiga kekuatan dan
kelemahan di atas merupakan hal yang lumrah terjadi pada pasangan calon,
tinggal tergantung perspektif penilaian masyarakat terhadap pasangan calon
tersebut.
“Dalam politik
tidak ada garansi menang, yang ada kemungkinan menang”, siapapun bisa menang,
jikalau ada tanda tangan, campur tangan dan garis tangan para pemain politik
tersebut.
Jadikanlah
pertarungan politik dalam Pilkada “seperti sedang bermain catur atau domino”
siapapun yang pintar mengatur strategi dialah pemenangnya, mari berpolitik
dengan kesatria dan damai. Trim’s.
Komentar
Posting Komentar