Langsung ke konten utama

SINDROM XENOFOBIA DALAM PILKADA *Darmin Hasirun*


Dewasa ini kita selalu disuguhkan dengan segala perdebatan dalam berbedaan yang secara tidak sadar sedang menciptakan ancaman runtuhnya kehidupan dalam kerukunan dan toleransi antar warga sekampung, sedaerah maupun dengan daerah lain. Padahal nenek moyang kita sudah mengunci kata persatuan itu dengan ikrar / sumpah pemuda (Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa) dan Slogan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi satu jua). Bersatu Kita Teguh Bercerai Kita Runtuh. Ikrar dan slogan-slogan ini merupakan manifestasi dari nilai persatuan dan kesatuan bangsa yang dirangkai dalam bingkai NKRI.

Kini nilai-nilai di atas mulai punah oleh sistem pemilihan kepala daerah secara langsung ditambah lagi perilaku rakyat yang terkesan belum siap berdemokrasi. Salah satu problem pemilihan kepala daerah dihadapi sekarang adalah munculnya isu tentang “putra daerah” yang selalu menjadi senjata ampuh untuk menyerang calon yang lahir di daerah lain, yang biasa disebut “bukan putra daerah”.

Pilkada di wilayah Sultra khususnya Kabupaten Buton dan Buton Selatan merupakan daerah yang paling banyak memperdebatkan tentang putra daerah dan bukan putra daerah, hingga muncul ungkapan bahwa “mereka (bukan putra daerah) akan menjajah dan menguasai daerah kita”, “hanya putra daerah yang bisa membangun daerah kami” “jangan pilih yang bukan putra daerah”, dan pada akhirnya muncul kebencian terhadap orang-orang yang dianggap bukan putra daerah. Inilah benih-benih lahirnya Sindrom Xenofobia.

Xenofobia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua suku kata yaitu xenos artinya orang asing dan phobos artinya rasa takut. Secara harfiah diartikan sebagai rasa takut yang tidak masuk akal, ketidakpercayaan, atau kebencian terhadap orang asing, atau apa yang dirasakan sebagai asing atau berbeda. Penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit psikologi sosial, yang merasa takut dan benci dengan sesuatu di luar keberadaan mereka, baik agama, budaya, bahasa, suku dan lain-lain yang dianggap bukan bagian dari mereka sendiri.

Xenofobia pertama kali yang dikenal sejak munculnya isu Apartheid di Afrika Selatan pada tahun 1961, saat itu bangsa kulit putih melakukan diskriminasi dan penindasan terhadap bangsa kulit hitam (keturunan Afrika), dalam bidang apapun mereka tidak diberikan jabatan tinggi hanya menjadi pesuruh atau budak dari bangsa kulit putih. Setelah Nelson Mandela menjadi Presiden di negara ini selama 5 (lima) tahun, beliau berhasil membumi hanguskan isu-isu diskriminasi ras tersebut, dan akhirnya ras kulit hitam mempunyai kesempatan yang sama dengan ras kulit putih dalam mendapatkan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

Kini Xenofobia telah melanda negeri yang tercinta ini, setelah diberikannya hak otonomi daerah untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah mulailah bertebaran mengenai isu putra daerah dan bukan putra daerah. Inilah patologi sosial yang dilahirkan untuk mendiskriminasi orang-orang pendatang dari daerah lain dan yang lebih parahnya lagi sesama suku pun masih mengangkat isu ini.

Penulis memberi contoh di dua daerah yang akan melaksanakan hajatan pemilihan kepala daerahnya yaitu Kabupaten Buton dan Kabupaten Buton Selatan, yang notabene semua pasangan ingin menjadi kepala daerah merupakan satu suku yaitu Suku Buton yang dulunya merupakan salah satu Negara Kesultanan besar di Nusantara yang terdiri atas 72 kadie dan 4 barata, tetapi kasihan beribu kasih, masih ada oknum-oknum fanatik buta yang mengatakan bukan putra daerah, dengan alasan bahwa mereka terlahir di daerah lain. Betapa memilukan orang-orang yang lupa dengan sejarahnya dan ikrar orang Buton “Poromu Yinda Sangu, Poga Yinda Kolota” (Bersatu tidak Berpadu, Berpisah tidak Berantara), kita satu Buton yang membedakan tempat tinggal, meskipun kita berpisah tetapi tetap bersaudara. Jangan sampai kita seperti pepatah “Bagai ayam kehilangan induknya”, yang tidak tahu siapa orang tua dan nenek moyangnya dulu..!

Isu putra daerah merupakan gejala Xenofobia sama buruknya dengan isu Apartheid yang dilawan oleh Nelson Mandela, karena beliau memahami betul dampak negatif dari diskriminasi yang berbeda ras tersebut. Sekarang kita sedang membangkitkan kembali masalah lama yang bisa berakibat pada rasa saling membenci sesama anak bangsa.

Jangankan calon yang lahir di Pulau Buton, bahkan yang lahir di Aceh, Jawa dan Irian pun masih tetap putra daerah yang lahir dan besar di tanah tumpah darah, tanah air Indonesia. Yang kita pilih adalah orang-orang yang melakukan perubahan untuk daerah, mengentaskan kemiskinan, meningkatkan pembangunan, menumbuhkan sektor pariwisata, budaya, ekonomi, menata daerah, tata kelola kepegawaian, menghapus korupsi dan pengangguran, serta menghapus kejahatan kemanusiaan lainnya.

Masih banyak kita membicara tentang sosok calon pemimpin daerah, kenapa kita terjebak pada masalah lama yang tidak ada manfaat untuk kebaikan bersama?. Kita seharusnya berpikir maju setara dengan daerah lain dengan melihat program kerja apa yang mereka tawarkan, bagaimana strategi melaksanakannya, kiat-kiat apa yang dibangun untuk mengurangi permasalahan yang ada di daerah, dan masih banyak lagi..!

Wahai pemuda, sadarlah bahwa perbedaan itu adalah rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, Tuhan menciptakan kita dengan segala perbedaan suku, bahasa, warna kulit, muka, dan agama agar kita saling mengenal dan saling mencintai satu dengan lainnya.

Demikian tulisan ini saya persembahkan untuk sesama anak bangsa Indonesia! Wassalam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROFIL DARMIN HASIRUN

  CURRICULUM VITAE     CURRICULUM VITAE   Nama Lengkap   Darmin Hasirun, S.Sos., M.Si . Tempat Tanggal Lahir   Bone-Bone, 10 Juli 1985 Jenis Kelamin   Laki-Laki (L) Pekerjaan   Dosen Agama   Islam Alamat   Lorong Hatibi, Kelurahan Tanganapada, Kecamatan Murhum Kota Baubau , Provinsi Sulawesi Tenggara . Hobi   Membaca, Meneliti, Menulis, Mengajar, Traveling dan dan Diskusi Alamat Email (Pribadi)           darmin.hasirun@gmail.com Kontak Person   0852 1370 8268   Riwayat Pendidikan dan Karya Ilmiah Jenjang Pendidikan Nama Institusi / Program Studi Tahu...

HANYA HITUNGAN JAM KAWASAN ELIT LOS ANGELES RATA DENGAN TANAH

Berita mengejutkan datang dari negeri Paman Sam Amerika Serikat tepatnya di kawasan elit Los Angeles Distrik Pacific Palisades, Negara Bagian California dilanda kebakaran sangat besar dan sulit dipadamkan (Selasa pagi, 7 Januari 2025). Angin Santa Ana yang sangat kuat dengan kecepatan hingga 129 km/jam terus menggila mendorong api melahap setiap bangunan dan sarana yang dilewatinya, ditambah kekeringan yang berkepanjangan serta rumah-rumah elit yang sebagian besar terbuat dari bahan kayu yang mudah terbakar menjadikan kebakaran kian menyebar dengan sangat cepat, bahkan para petugas kebakaran tidak mampu mengatasinya. Kebakaran hebat ini mengakibatkan Los Angeles rata dengan tanah, lebih dari 10.000 bangunan perumahan, fasilitas bisnis dan sarana lainnya bah hilang ditelan bumi. Dilansir di website Kompas.com dengan judul berita “Kebakaran Los Angeles Jadi Bencana Termahal di AS, Kerugian Sudah Mencapai Rp.2.121 Triliun” (11/01/2025), bahkan pada situs berita Sindonews.com menulis tajuk...

FIPH MENYELENGGARAKAN TALKSHOW “PEMBATASAN DISTRIBUSI BBM BERSUBSIDI, SIAPA YANG DIUNTUNGKAN?”

  Maraknya aksi penimbunan BBM, monopoli pembeliannya, permainan harga BBM bersubsidi, antrian panjang hingga berdampak pada konsumsi BBM bersubsidi tidak tepat sasaran. Kondisi seperti ini menimbulkan banyak keluhan masyarakat terhadap manajemen pendistribusian BBM bersubsidi. Disisi lain BBM bersubsidi yang seharusnya dirasakan langsung masyarakat miskin dengan   harga yang terjangkau tetapi fakta di lapangan menunjukan sebaliknya yaitu BBM bersubsidi malah dimonopoli oleh para pengecer dengan menggunakan kendaraan yang telah dimodifikasi agar dapat menampung BBM dalam jumlah besar. Para pengecer ini yang notabene tidak mempunyai izin usaha resmi terkait penjualan BBM bersubsidi terkesan kurang diawasi oleh pihak Pertamina maupun Kepolisian. Hal ini diduga ada permainan antara pihak SPBU dan para pengecer yang ingin meraih keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan kebutuhan masyarakat lain. Alhasil banyak Pertalite dalam bentuk botolan dijual bebas sepanjang jalan den...